Boroko, 26 Januari (waktu) | Adem ayem masuk tahun politik 2024, sirkus politik semakin seru dengan parade baliho raksasa yang dibawa-bawa oleh para kontestan. Tapi, ada satu Caleg dari Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow Utara yang memilih menyuguhkan pertunjukan berbeda.
Asriadi Lakoro, sang Caleg bermotor dari Partai Gelora Indonesia, yang berani menaklukkan daerah pemilihan III, Kecamatan Bintauna dan Kecamatan Sangkub, sedang memperkenalkan dirinya dengan gaya unik—melalui panggung media yang terbuat dari barang-barang bekas.
Ketika disambangi untuk diwawancarai, sang “Adi” pun membeberkan sejuta rahasia media kampanyenya yang tak biasa, terbuat dari karung, triplek bekas, dan barang bekas lainnya yang diolah kembali untuk menulis dan mengenalkan diri.
“Ini bukan soal mencari sensasi. Barang-barang bekas yang saya ramu ulang ini, juga sebagai bentuk protes keras terhadap kelesuan selera demokrasi kita,” ungkap Adi.
Dijelaskannya, protes yang dimaksud adalah tentang kemerosotan kualitas demokrasi, di mana peserta panggung politik pemilu bukan hanya mempertunjukkan politik uang, tetapi juga mengpraktikkannya dalam jaringan yang semakin kompleks.
“Yup, politik memang butuh uang sebagai bensin, terutama dalam hal operasional. Tapi sekarang, suara saja bisa dibeli, menghancurkan fondasi demokrasi kita. Hanya orang berduit yang bisa menduduki kursi wakil rakyat,” serunya pada tanggal 26 Januari.
Padahal, dalam pandangan Adi, kebiasaan-kebiasaan semacam ini bakal berdampak pada penurunan moral dan budaya politik masyarakat, dan itu merupakan salah satu penyumbang utama dalam gejala maraknya kasus korupsi di negeri ini. (rhp)