Tutuyan, WAKTU.news – Salah satu oknum guru Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) di Bolaang Mongondow Timur, diduga melakukan pungutan liar (pungli) kepada para siswa program kejar Paket B dan C.
Modusnya, dengan meminta uang pelicin kepada siswa dan siswi di Satuan Pendidikan Non Formal tersebut sebagai syarat lulus Ujian Paket B dan C.
Tak hanya itu, oknum yang disebut-sebut berinisial AT ini bahkan berani mematok harga kepada siapa saja ingin mendapatkan ijazah paket B ataupun C, tanpa harus duduk belajar dan mengikuti ujian.
Informasi yang diperoleh waktu.news berdasarkan pengakuan dari para narasumber, praktik kotor ini rupanya sudah berlangsung lama dan tidak pernah terungkap.
Menurut penuturan sumber, oknum AT kala itu mengatakan kepada sumber, jika ingin memperoleh ijazah paket B dan C tanpa harus duduk mengikuti proses pembelajaran dan ujian, maka ia harus menyediakan Rp 1,5 juta.
“Itu ibu (AT) bilang semua boleh, tergantung suntikan,” beber sumber yang tak ingin namanya disebut, Sabtu (11/9/2021) beberapa bulan lalu.
Sayangnya, meski ia mengaku telah menyerahkan separuh dari total harga kedua ijazah tersebut, tapi ijazahnya tak kunjung ada.
“Karena lama tak ada kabar, Itu hari saya telepon, dia bilang lupa karena terlalu sibuk. Dia bilang begini, bawah saja pas foto 2 lembar antar ke dia, tapi saya belum belum ada kesempatan,” kata sumber.
Meskipun belum terrealisasi, sumber sempat diberi kabar, untuk ijazah paket B miliknya itu akan dibuat keluaran atau kelulusan tahun 2019.
Begitu pula Sumber yang lainnya mengungkapkan, para siswa di SKB itu sendiri bahkan sering dimintai sejumlah uang untuk penuntasan nilai tugas mata pelajaran.
“Jadi supaya tuntas katanya, kasih uang 250 ribu ke dia,” ungkap salah seorang siswa SKB.
Bahkan, kata dia, ada juga seorang perempuan yang mengaku dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Boltim, Inisia IK, pernah meminta 100 ribu rupiah per siswa.
“Nama-nama yang terdaftar, mereka datangi. Mereka yang turun bersama AT,” terang sumber.
Sementara itu, salah seorang guru berinisial AT yang bekerja di Satuan Pendidikan Non Formal, SKB Boltim, saat dikonfirmasi membenarkan bahwa uang yang diterimanya dari beberapa siswa tersebut, memang untuk perbaikan nilai setiap mata pelajaran.
Hal ini, menurut AT, sebenarnya sudah menjadi kesepakatan bersama dengan para siswa di depan atasannya, baik mereka yang mengikuti ujian maupun tidak.
“Kami bicarakan, bukan hanya main minta begitu saja. Itu tidak boleh, harus dari mereka,” kata AT, Selasa, (2/11/2021) dua hari lalu.
AT pun mengakui, kesepakatan bayaran dari perbaikan nilai mata pelajaran, bahkan sampai dua kali disetor dan dia mempunyai catatannya.
“Ada catatannya semua sama saya, nama-nama itu,” ucap AT.
Demi mencari sebuah pembenaran atas apa yang terjadi di SKB Boltim, AT malah mengumbar fakta menarik, bahwa bayar membayar demi memperbaiki sebuah nilai bukan hanya terjadi sekolah saja. Namun, di perguruan tinggi pun sering kali terjadi hal serupa.
“Sedangkan kami kuliah, begitu nilai tidak keluar, kami ketemu dosen. Dosen minta 500 ribu, tetap kami bayar. Di Unima, semua Fakultas begitu,” umbar AT.
Tidak hanya Universita Negeri Manado (Unima) yang diseretnya untuk menganalogikan perbaikan nilai di SKB tersebut, AT pun ikut mengait nama salah satu universitas terkemuka lainnya.
“Saya kuliah di Unima, saya tahu. Kalau D keluar, saya ingin rubah B, harus ada begitu. Unima terkenal, Unsrat saja pernah begitu,” umbarnya lagi.
Selain itu, AT mengaku diberi amanah oleh atasannya sebagai pengumpul dana perbaikan nilai mata pelajaran yang disetor para siswa. Dana tersebut juga mengalir ke guru lain, pemegang mata pelajaran.
“Karena memang saya yang admin waktu itu, Bos percayakan. Saya beri ke guru ini, saya catat,” pungkasnya. (aah)