Indonesia Berpotensi Memangkas Target Penjualan Obligasi Tahun depan dengan ‘Dana Sisa’

Waktu.news | Pemerintah Indonesia sedang mempertimbangkan opsi yang menarik untuk mengurangi target penjualan obligasi tahun depan. Bagaimana caranya? Mereka berencana untuk menggunakan ‘dana sisa’ yang berasal dari tahun 2023 ini, Kamis 24 Agustus 2023.

Dalam sebuah pernyataan yang membuat banyak orang tertarik, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa kemungkinan besar target penjualan obligasi tahun depan dapat dipangkas, asalkan pendapatan pajak terus kuat hingga akhir tahun ini. Beliau menyatakan pandangannya ini pada hari Kamis yang lalu.

Setelah berjuang dengan defisit fiskal yang signifikan pada tahun 2020 untuk membiayai respons pandemi, ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini secara perlahan telah berhasil mengurangi defisitnya setiap tahun. Tahun 2023 menjadi tahun yang menarik, karena anggaran tahun depan sebesar 216 miliar dolar direncanakan dengan defisit sebesar 2,29 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), jumlah yang hampir sebanding dengan tahun ini.

Namun, yang membuat kepala berputar adalah rencana penerbitan obligasi sebagai upaya menutup defisit tahun 2024. Jumlahnya mencapai 666,4 triliun rupiah (atau setara dengan 43,7 miliar dolar) dalam bentuk obligasi, angka yang hampir 84 persen lebih besar daripada target penerbitan tahun ini.

Keputusan pemerintah untuk memangkas target penjualan obligasi tahun ini menjadi sorotan karena penerimaan pajak yang melampaui harapan serta penggunaan ‘dana sisa’ dari tahun 2022. Keputusan ini diambil dengan pandangan masa depan, mengantisipasi kenaikan suku bunga global.

Sri Mulyani, dalam percakapan santai dengan Reuters, mengungkapkan bahwa strategi serupa akan diterapkan tahun depan. Termasuk dalam strategi ini adalah kemungkinan mengumpulkan dana lebih banyak tahun ini untuk mengurangi target penjualan obligasi tahun 2024 dalam serangkaian lelang mingguan. Selain itu, mereka juga berencana untuk meningkatkan penawaran obligasi ritel kepada warga Indonesia.

“Dalam situasi di mana biaya modal sedang tinggi, hal paling penting yang harus kita lakukan adalah menjadi lebih berhati-hati. Kami mengindikasikannya dengan mengurangi defisit dan berhati-hati dalam pembiayaan,” jelas Sri Mulyani dengan penuh keyakinan.

Rencana anggaran pemerintah tahun 2024 juga mencakup proyeksi imbal hasil obligasi acuan 10 tahun sebesar 6,7 persen tahun depan. Ini menunjukkan penurunan dari proyeksi resmi tahun ini yang sebesar 6,8 persen.

Meskipun imbal hasil obligasi rupiah 10 tahun pemerintah sempat mencapai di atas 7 persen pada awal 2023, namun angka ini kemudian turun menjadi 6,18 persen pada bulan Juli – level terendah sejak 2021. Tetapi, seiring dengan kenaikan imbal hasil Surat Utang Amerika Serikat, angka ini kemudian naik lagi menjadi 6,742 persen pekan ini.

(Dalam kalkulasi saat ini, 1 dolar AS setara dengan 15.240 rupiah)

Exit mobile version