Kasus Kematian Aan Bolsel: Fakta, Klarifikasi, dan Langkah Hukum Terbaru

Polemik kasus kematian Aan Bolsel menyita perhatian publik; polisi, kejaksaan, dan tenaga medis memaparkan kronologi serta dukungan otopsi untuk membuka fakta.

Polemik kasus kematian Aan Bolsel (Revan Kurniawan Santoso, 20) terus bergulir dan menjadi sorotan. Di tengah beredarnya surat dan video pengakuan yang memicu spekulasi, aparat penegak hukum menggelar konferensi pers untuk mengurai fakta kasus kematian Aan Bolsel berdasarkan proses hukum dan catatan medis.

Kronologi Singkat Kasus

  • 18 Mei 2025: Aan diamankan Tim Resmob Polres Bolsel terkait dugaan penikaman terhadap AR di Desa Sondana.
  • 21 Juli 2025: Tahap dua-pelimpahan tersangka, berkas, dan barang bukti dari Polres ke Kejari Kotamobagu; dititipkan di rutan/Lapas Kotamobagu.
  • 14–18 Agustus 2025: Perawatan di rumah sakit atas rujukan dokter rutan; dokter menyarankan rujukan ke Manado.
  • 20 Agustus 2025: Aan meninggal dunia di IGD RSUD Bolsel.
  • 21 Agustus 2025: Konferensi pers digelar di Mapolres Bolsel; keluarga menempuh otopsi di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandow Manado.

Kronologi ini menjadi pijakan untuk menilai obyektivitas kasus kematian Aan Bolsel.

Klarifikasi Polres Bolsel

Dalam konferensi pers Kamis (21/8/2025), Kasat Reskrim Iptu Dedy Matahari membenarkan Aan berstatus tersangka di perkara penganiayaan, namun membantah adanya kekerasan fisik selama proses di Polres. Ia menegaskan akses ke rutan berada dalam pengawasan, serta setiap hari ada laporan perwira pengawas terkait tahanan. Pernyataan ini ditekankan untuk meluruskan informasi liar soal kasus kematian Aan Bolsel.

Sikap Kejaksaan: Prosedur Tahap Dua dan Kesehatan Tersangka

Kasi Intel Kejari Kotamobagu, Julian Charles Rotinsulu, memaparkan bahwa pada 21 Juli 2025 tersangka dan berkas resmi dilimpahkan. Pada tahap dua, kondisi kesehatan ditanyakan dan dibuktikan dengan surat keterangan sehat. Selanjutnya, 14 Agustus, JPU menerima rujukan dokter rutan dan membawa tersangka untuk perawatan. Karena butuh observasi lanjut, keluarga mengajukan pengalihan penahanan ke tahanan kota, yang disetujui. Rangkaian ini menjadi bagian penting membaca kasus kematian Aan Bolsel secara utuh.

Catatan Medis dan Perawatan

Direktur RSUD Bolsel dr. Sadly Mokodongan menyebut Aan sempat dirawat 15 Juli 2025 dengan keluhan sesak napas dan nyeri ulu hati; diagnosa asam lambung dan infeksi pernapasan bagian atas. Pemeriksaan lanjutan 20 Juli menunjukkan keluhan serupa. Di sisi lain, dr. Yanuar (dokter mitra Polres) menjelaskan pemeriksaan 21 Juli menghasilkan tanda vital normal dan pernyataan “sehat” untuk kebutuhan tahap dua. Potret medis ini memperkaya konteks kasus kematian Aan Bolsel sebelum hasil otopsi keluar.

Suara Keluarga: Menuntut Keadilan

Pihak keluarga menyatakan dugaan kekerasan saat dalam tahanan dan meminta Kapolda Sulut mengawal penanganan. Mereka mendukung otopsi sebagai langkah memastikan penyebab pasti kasus kematian Aan Bolsel. Pernyataan keluarga menjadi elemen penting yang mesti diuji secara forensik dan hukum.

Langkah Lanjut: Otopsi dan Pembuktian

Polres menyambut langkah otopsi di RSUP Kandow; Kasat Reskrim bahkan menyatakan siap menanggung biaya dan menegaskan akan tunduk pada proses hukum. Temuan otopsi diharapkan menjawab simpang siur kasus kematian Aan Bolsel serta mengakhiri spekulasi di media sosial.

Penegasan Etik dan Akuntabilitas

Kasus sensitif seperti kasus kematian Aan Bolsel menuntut transparansi:

  1. Audit trail proses penahanan dan kesehatan tahanan.
  2. Keterbukaan rekam medis sesuai koridor hukum/privasi.
  3. Publikasi hasil otopsi oleh otoritas berwenang.
  4. Penegakan hukum imparsial jika ditemukan pelanggaran.

Dilansir dari e-berita.com Hingga hasil otopsi diumumkan, semua pihak diminta menahan diri dan berpegang pada data. Pendekatan berbasis fakta akan membantu menuntaskan kasus kematian Aan Bolsel, memberi kepastian hukum bagi keluarga, dan menjaga kepercayaan publik terhadap institusi penegak hukum.

Exit mobile version