Keterbatasan Jangkauan ChatGPT di Kalangan Dewasa Amerika Serikat, Menurut Penelitian Pew

Waktu.news | Keberadaan ChatGPT, si chatbot pintar, masih kurang dikenal oleh kebanyakan orang Amerika. Ternyata, dampaknya pada pekerjaan juga belum begitu diantisipasi, menurut hasil studi Pew.

Di tengah euforia seputar kecerdasan buatan (AI) yang diusung ChatGPT, nyatanya, sebagian besar masyarakat Amerika masih belum familiar dan tidak merasakan adanya potensi pengaruh besar terhadap pekerjaan mereka.

Analisis terbaru dari Pew Research Center mengungkapkan bahwa hanya 18% dari orang dewasa di AS yang pernah menggunakan ChatGPT, meskipun kesadaran akan keberadaannya sedikit lebih tinggi.

Yuk, kita lihat lebih dekat hasil survei yang dilakukan pada bulan Juli 2023 ini.

Geliat Penggunaan ChatGPT

Ternyata sekitar 24% dari mereka yang tahu tentang ChatGPT pernah menggunakannya. Tingkat adopsi ini ternyata bervariasi tergantung usia, pendidikan, dan jenis kelamin.

Orang muda dan yang berpendidikan tinggi lebih cenderung pernah merasakan ChatGPT dibandingkan dengan mereka yang lebih senior dan hanya tamat sekolah menengah.

Pria yang tahu tentang ChatGPT rupanya lebih berpeluang mencoba daripada wanita.

Rupanya, ChatGPT paling banyak digunakan untuk hiburan (20% dari pengguna) dan pembelajaran (19% dari pengguna), sementara 16% dari pengguna yang memiliki pekerjaan telah menggunakannya dalam tugas-tugas kerja mereka.

Prediksi Dampak pada Berbagai Industri

Menariknya, peserta survei memprediksi bahwa teknologi chatbot seperti ChatGPT berpotensi mengubah pekerjaan yang selama ini dianggap aman dari ancaman otomatisasi.

Lebih dari setengah dari mereka yang tahu tentang ChatGPT meyakini bahwa teknologi ini akan berdampak signifikan pada pekerjaan para insinyur perangkat lunak (56%), desainer grafis (54%), dan jurnalis (52%) dalam dua dekade mendatang.

Namun, jumlah responden yang melihat dampak serupa pada profesi guru (44%) dan pengacara (31%) jauh lebih sedikit.

Sementara itu, hanya 12% yang meramalkan dampak signifikan dari chatbot pada sektor layanan dan keramahtamahan.

Kebanyakan Pekerja AS Merasa Aman

Walaupun prediksi-prediksi tadi telah diulas pada bagian sebelumnya, ternyata hanya sebagian kecil dari responden yang mempercayai bahwa pekerjaan mereka akan terpengaruh oleh chatbot.

Tak kurang dari 19% dari pekerja yang tahu tentang ChatGPT meyakini bahwa teknologi ini akan berdampak signifikan pada pekerjaan mereka, 36% meramalkan dampak minor, dan 27% sama sekali tidak mengharapkan adanya dampak.

Di kalangan pekerja yang tahu tentang ChatGPT, mereka yang berusia antara 30 hingga 49 tahun paling meyakini bahwa teknologi ini akan mengubah pekerjaan mereka. Hal serupa juga dialami oleh mereka yang memiliki pendidikan lebih tinggi.

Pandangan ini ternyata juga bervariasi berdasarkan industri. Mereka yang bekerja di bidang informasi dan teknologi lebih cenderung meyakini bahwa dampaknya akan signifikan.

Ternyata sekitar 15% dari pekerja yang tahu tentang ChatGPT percaya bahwa teknologi ini akan sangat membantu dalam pekerjaan mereka.

Kekhawatiran Terkait Regulasi

Seiring perkembangan chatbot yang semakin canggih, semakin sengit juga perdebatan seputar regulasi yang seharusnya diterapkan.

Mayoritas dari mereka yang tahu tentang ChatGPT (66%) lebih cemas bahwa pemerintah tidak akan mampu mengatur penggunaan chatbot dengan baik, sementara 31% khawatir adanya regulasi yang berlebihan.

Baik anggota partai Demokrat maupun Republikan ternyata memiliki kekhawatiran yang sama terkait kurangnya regulasi, walaupun kekhawatiran ini cenderung lebih mendominasi di kalangan anggota partai Demokrat. Sekitar 75% anggota Demokrat mendukung lebih banyak regulasi, dibandingkan dengan hanya 59% dari anggota Republikan.

Kesimpulannya

Walaupun “revolusi robot” mungkin sedang menjadi berita hangat, rupanya rata-rata masyarakat Amerika masih belum terlalu terpengaruh oleh kemajuan teknologi generatif AI ini.

Exit mobile version