Waktu.news | Ahli Lingkungan dari Universitas Indonesia, Mahawan Karuniasa, memperhatikan dengan tajam rencana penggantian Pertalite RON 90 dengan Pertamax Green RON 92. Ia memberikan dukungan penuh terhadap langkah ini, mengingat nilai ekologisnya, namun tetap mengingatkan kita untuk tetap menjaga keseimbangan dengan harga.
“Saya sangat antusias, setiap peralihan ke bahan bakar dan energi yang ramah lingkungan adalah sebuah langkah maju,” ujar Mahawan dengan semangat. Pernyataan ini dia sampaikan setelah berpartisipasi dalam Seminar Pendanaan Berkelanjutan untuk Transisi Energi di Kampus UI Salemba pada Jumat (6/10/2023).
Baginya, dalam peralihan ini, kita harus mengutamakan energi yang ramah lingkungan, dengan perhatian khusus terhadap keberlanjutan. “Kita juga perlu mempertimbangkan sumber daya yang tersedia,” tambahnya dengan bijak.
Namun, bukan hanya itu yang perlu diperhatikan dalam penggantian Pertalite RON 90 dengan Pertamax Green RON 92, masalah harga juga harus tetap dalam fokus. Mahawan memahami pentingnya pertimbangan ekonomi.
“Kita perlu memastikan bahwa energi ramah lingkungan ini juga tetap terjangkau. Kita tidak ingin menghasilkan energi yang ramah lingkungan namun dengan harga yang sangat tinggi,” tandasnya.
Meskipun demikian, Mahawan menekankan pentingnya melaksanakan rencana ini secara komprehensif. Pasalnya, Indonesia tidak bisa lagi mengabaikan masalah emisi kendaraan dalam konteks ini.
“Terutama dalam hal emisi. Ini adalah masalah yang tidak dapat kita sepelekan dan membutuhkan kerja sama internasional,” ungkapnya dengan tekad.
Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, telah mengungkapkan rencana Pertamina untuk menggantikan BBM Pertalite RON 90 dengan Pertamax Green 92. Rencananya, produk ini akan diciptakan dengan mencampur Pertalite dengan tujuh persen etanol.
Dari campuran tersebut, mereka akan mendapatkan bahan bakar oktan 92 yang tetap ramah lingkungan berkat tambahan bahan bakar nabati terbarukan. Pertamax Green 92, sesuai rencana Pertamina, akan menjadi alternatif yang lebih ramah lingkungan dan menggantikan Pertalite.
Nicke menjelaskan bahwa tujuan utama dari perubahan ini adalah untuk mengurangi emisi dari kendaraan bermotor yang merupakan salah satu sumber polusi udara. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) juga telah menetapkan bahwa oktan minimal yang boleh dijual di Indonesia adalah 91, sehingga sesuai dengan rencana ini. ((red)
- Sense Of Magnitude Sri Mulyani Terkait Kondisi APBN Terkait Dengan Subsidi BBM
- Uji Mutu BBM Dari Berbagai SPBU Oleh Kementerian ESDM
- Pertamina, Si Energi Kekinian dari Indonesia, Bakal Bikin Gebrakan Biofuel dengan Impor Etanol di 2024