Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) telah mengajukan gugatan terhadap Elon Musk, pendiri dan CEO Tesla serta pemilik Twitter (sekarang dikenal sebagai X), pada hari Selasa. Gugatan ini berkaitan dengan dugaan pelanggaran sekuritas yang terjadi sehubungan dengan akuisisi Twitter oleh Musk. SEC menuduh Musk gagal mengungkapkan kepemilikan saham Twitter lebih dari 5% tepat waktu, yang dianggap melanggar peraturan sekuritas federal.
Keterlambatan Pengungkapan Saham Twitter: Dampaknya pada Harga dan Keuntungan Musk
Menurut gugatan yang diajukan oleh SEC di pengadilan federal Washington DC, Musk seharusnya mengungkapkan pembelian saham Twitter yang melebihi 5% pada Maret 2022, tetapi ia baru melakukannya pada April 2022, atau 11 hari terlambat. Selama periode ini, Musk dikatakan terus meningkatkan jumlah saham yang dimilikinya di Twitter, dari 5% menjadi hampir 9%. Pada saat Musk akhirnya mengungkapkan kepemilikan sahamnya, harga saham Twitter melonjak hingga 27% dari harga penutupan sebelumnya. SEC menyebutkan bahwa tindakan ini memberi Musk kesempatan untuk membeli saham Twitter dengan harga lebih rendah, merugikan pemegang saham lain, dan meningkatkan keuntungan pribadinya lebih dari $150 juta.
Tuduhan SEC: Musk Menguntungkan Diri dengan Harga Diskon
Gugatan ini mengklaim bahwa Musk sengaja menunggu pengungkapan publik untuk membeli lebih banyak saham dengan harga yang lebih rendah dari pasar. Menurut SEC, keputusan ini tidak hanya melanggar aturan sekuritas yang berlaku tetapi juga memberikan keuntungan yang tidak adil bagi Musk atas dasar informasi yang tidak diketahui publik. Dengan cara ini, Musk diyakini menghindari pembayaran harga yang lebih tinggi untuk saham Twitter yang dimilikinya.
Penyelesaian SEC: Musk Diminta Mengembalikan Keuntungan yang Tidak Sah
Dalam gugatan tersebut, SEC meminta Musk untuk mengembalikan keuntungan yang telah diperoleh secara tidak sah dan membayar denda sipil sebagai bentuk sanksi. Keputusan akhir tentang apakah tuduhan SEC sah dan apakah Musk harus didenda akan diputuskan oleh pengadilan federal. Penyelesaian kasus ini akan memiliki dampak besar bagi Musk dan perusahaan-perusahaannya.
Kontroversi Antara Elon Musk dan Gary Gensler
Kasus ini muncul di minggu terakhir Gary Gensler menjabat sebagai ketua SEC, sebelum ia mengundurkan diri pada 20 Januari 2025. Gensler dan Musk telah terlibat dalam beberapa perselisihan selama empat tahun terakhir, termasuk insiden bulan lalu ketika Musk mengejek tawaran penyelesaian yang diajukan oleh kantor SEC di X. Namun, perubahan kepemimpinan di SEC bisa membawa Musk menghadapi regulasi yang lebih ramah, dengan penunjukan Paul Atkins, calon yang diajukan oleh Donald Trump, untuk menggantikan Gensler sebagai ketua SEC.
Reaksi Pengacara Musk: Tuduhan Tak Berdasar
Pengacara Musk, Alex Spiro, menanggapi gugatan SEC dengan menyebutnya sebagai pengakuan bahwa SEC tidak memiliki bukti yang cukup kuat untuk mengajukan “kasus yang nyata”. Spiro mengatakan bahwa ini merupakan puncak dari kampanye “pelecehan” yang berlangsung bertahun-tahun oleh SEC terhadap kliennya. Dalam sebuah unggahan di X, Musk juga membagikan surat dari Spiro yang menyoroti tekanan yang terus-menerus dari SEC dan menolak tawaran penyelesaian yang diajukan terkait kasus ini.
Dampak pada Regulasi dan Politik: Perubahan di SEC di Masa Depan
Dengan perubahan kepemimpinan yang akan datang, Musk mungkin akan menghadapi kondisi yang berbeda dalam hal regulasi sekuritas. Paul Atkins, yang dikenal lebih mendukung kebijakan-kebijakan pro-bisnis dan sekutu Trump, diperkirakan akan mengambil alih peran Gensler setelah 20 Januari 2025. Ini bisa berarti bahwa Musk akan memiliki hubungan yang lebih baik dengan SEC di bawah kepemimpinan baru ini.
- Apple dan Disney Dihadapkan Pada Pemungutan Suara Pemegang Saham Terkait Kecerdasan Buatan
- Elon Musk dan X-nya Siap Guncang Berita dengan Gaya Baru
- Elon Musk Ancam Hilangkan Fitur Blokir di Twitter: Dampaknya Bagi Pengguna