Waktu.news | Sahabat-sahabat, mari kita masuki panggung besar pertarungan antitrust di Amerika Serikat! Sidang bersejarah yang akan menguak misteri di balik upaya dominasi Google dalam dunia pencarian online akhirnya dimulai.
DuckDuckGo, si pencari alternatif yang selama ini mengeluhkan bahwa taktik Google membuatnya seperti berjalan di atas beling untuk menggaet pengguna mesin pencarinya via ponsel, akan menjadi salah satu pihak yang menantikan dengan penuh antisipasi babak pertama perseteruan yang dianggap sekali seumur hidup ini.
Dalam ruang sidang, Amerika Serikat akan membentangkan argumen-argumen tajamnya, menuding Google sebagai pelanggar aturan dalam perjuangannya untuk menguasai dunia pencarian online. Ini bukan sekadar pertarungan hukum biasa, melainkan pertempuran untuk jiwa Internet itu sendiri.
Departemen Kehakiman AS diperkirakan akan membongkar rahasia seputar bagaimana Google membayar miliaran dolar setiap tahunnya kepada pembuat perangkat seperti Apple Inc. (AAPL.O), perusahaan telekomunikasi seperti AT&T (T.N), dan pengembang browser seperti Mozilla agar mesin pencari Google tetap kokoh di puncak daftar pemain utama.
DuckDuckGo juga akan mengungkapkan keluhan panjangnya, terutama tentang betapa rumitnya menggantikan Google sebagai mesin pencari default di perangkat dengan DuckDuckGo. Langkah-langkah yang memakan waktu ini dianggap sebagai penghalang yang membuat pangsa pasarnya hanya mencapai angka sepele, yaitu 2,3%.
DuckDuckGo tidak akan sendirian dalam pertempuran ini; Microsoft (MSFT.O) dan Yahoo pun turut serta dalam barisan panjang pesaing Google yang akan mengawasi perkembangan sidang ini dengan seksama.
“Google mempersulit penggunaan DuckDuckGo secara default. Kami senang masalah ini akhirnya akan mendapat perhatian di pengadilan,” ujar juru bicara DuckDuckGo, Kamyl Bazbaz, yang menyatakan bahwa Google telah “menguasai titik distribusi utama selama lebih dari satu dekade.”
Google dengan tegas membantah segala tuduhan dan siap untuk membela diri dengan gigih.
Pertarungan hukum ini memiliki implikasi besar bagi Big Tech, yang kerap dituduh membeli atau menekan kompetitor kecil, tetapi berhasil melindungi diri dari banyak tuduhan pelanggaran hukum antitrust karena layanan yang mereka tawarkan kepada pengguna gratis, seperti halnya Google dari Alphabet (GOOGL.O) dan Facebook (META.O), atau dengan harga sangat murah, seperti Amazon.com (AMZN.O).
Pengacara antitrust, Luke Hasskamp, mengatakan, “Sulit untuk meremehkan pentingnya kasus ini, terutama bagi monopoli dan perusahaan dengan pangsa pasar yang besar. Ini akan menjadi kasus besar, terutama bagi perusahaan teknologi besar dunia (Google, Apple, Twitter, dan lainnya), yang telah tumbuh memiliki peran yang sangat besar dalam hampir semua aspek kehidupan kita.”
Sejarah telah mencatat sidang antitrust sebelumnya yang tak kalah pentingnya, seperti kasus Microsoft pada tahun 1998, dan kasus AT&T pada tahun 1974. Pembagian AT&T pada tahun 1982 dianggap sebagai tonggak awal bagi industri ponsel seluler modern, sementara pertarungan dengan Microsoft diakui sebagai awal munculnya Google dan pemain lain di jagat internet.
Kongres Amerika mencoba mengekang Big Tech tahun lalu, tetapi sebagian besar upaya itu gagal. Mereka mengkaji berbagai usulan undang-undang untuk mengontrol kekuatan pasar perusahaan-perusahaan tersebut, seperti legislasI untuk mencegah mereka memihak produk-produk mereka sendiri, tetapi gagal melewati undang-undang yang paling agresif.
Saat ini, para pesaing Big Tech menggantungkan harapannya pada Hakim Amit Mehta, yang dinominasikan oleh mantan Presiden Barack Obama untuk Pengadilan Distrik AS di Distrik Columbia.
Gugatan ini diajukan oleh Departemen Kehakiman AS yang dipimpin oleh mantan Presiden Donald Trump. Dalam tindakan yang langka, Departemen Kehakiman Presiden Joe Biden melanjutkan gugatan tersebut dan bahkan mengajukan gugatan kedua terhadap Google pada bulan Januari, yang berfokus pada teknologi periklanan.
Hakim Mehta akan menentukan apakah Google telah melanggar hukum antitrust dalam sidang pertama ini, dan jika demikian, langkah selanjutnya apa yang harus diambil. Pemerintah telah meminta hakim untuk menghentikan aktivitas ilegal Google dan bahkan mendorong “relief struktural yang diperlukan,” yang berarti ada kemungkinan bahwa raksasa teknologi ini bisa dipecah-belah menjadi potongan-potongan kecil.
Argumen paling kuat dari pihak pemerintah adalah tentang perjanjian pembagian pendapatan Google dengan produsen perangkat Android, yang mewajibkan Google menjadi satu-satunya mesin pencari di ponsel pintar dengan imbalan persentase dari pendapatan periklanan pencarian, seperti yang diungkapkan oleh Daniel McCuaig, mitra di Cohen Milstein yang sebelumnya bekerja di Divisi Antitrust Departemen Kehakiman AS.