Dana Transfer ke Daerah (TKD) mencatat lonjakan dramatis sebesar 50,85% pada awal tahun ini, menggapai angka fantastis sebesar Rp 87,8 triliun! Ini bukanlah angka biasa-biasa, teman-teman. Menurut Sri Mulyani, lonjakan ini memang ‘naik cukup besar’ dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Apa yang mendasari lonjakan besar ini? Ternyata, penyaluran dana alokasi khusus (DAK) non-fisik meroket hingga Rp 27,5 triliun, sementara pada tahun sebelumnya, realisasinya belum ada. Selain itu, penyaluran dana bagi hasil (DBH) juga mengalami kenaikan signifikan, mencapai Rp 13,2 triliun dari Rp 10,8 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Tak hanya itu, sorotan juga tertuju pada dana desa yang mencapai Rp 1,9 triliun. “Dana desa kita salurkan Rp 1,9 triliun, atau 2,7% ini lebih tinggi karena di desa kepatuhan menyelesaikan APBDes semakin baik sehingga kita bisa menyalurkan setelah persyaratan terpenuhi,” ujar Sri Mulyani, mengungkapkan alasan di balik peningkatan tersebut.
Namun, di tengah lonjakan yang gemilang, terdapat penyaluran TKD yang mengalami kontraksi. Dana alokasi umum (DAU) mencatat penurunan menjadi Rp 45,2 triliun dari Rp 47,4 triliun pada Januari 2023. “DAU perlu untuk menyampaikan laporan realisasi belanja pegawai dalam bentuk gaji ASN atau PNS daerah dan PPPK, ini untuk meyakinkan APBD melaksanakan kewajiban pembayaran gaji,” tegas Sri Mulyani.
Dengan lonjakan yang mencolok ini, tentu saja masyarakat dibuat penasaran, apakah ini ada kaitannya dengan perhelatan besar Pilpres 2024? Semuanya masih menjadi tanda tanya besar. Tetapi satu yang pasti, dinamika politik selalu mengiringi setiap lonjakan anggaran yang tidak terduga!