Dari PNS ke Politik: Perjalanan Mohammad Misaala Menghadapi Arus Orde Baru
Mohammad Misaala, yang saya (Ramdan Buhang) kenal dengan keakraban sebagai Papa Fona, merupakan sosok yang menginspirasi banyak orang, termasuk saya. Beliau, yang pernah menjabat sebagai camat di Kaidipang dan baru-baru ini memasuki masa pensiun, memiliki kisah hidup yang penuh dengan keteguhan dan prinsip. Di era Orde Baru, ketika hampir semua pegawai negeri sipil (PNS) didorong untuk mendukung Golkar, Papa Fona memilih jalan yang tidak lazim. Beliau menjabat sebagai Ketua PAC PDI Perjuangan di Kecamatan Kaidipang, sebuah keputusan yang nyaris berakibat pada kehilangan pekerjaannya sebagai abdi negara.
Keberanian Papa Fona untuk berdiri tegak melawan arus politik kala itu patut diacungi jempol. Meskipun menghadapi berbagai tekanan, beliau tidak pernah goyah dari prinsip-prinsipnya. Namun, ketika era reformasi tiba dan aturan baru diberlakukan yang mewajibkan PNS untuk mengundurkan diri dari jabatan partai politik, dengan berat hati Papa Fona mengundurkan diri dari PDI Perjuangan. Keputusan ini dilakukan agar beliau dapat mematuhi peraturan pemerintah dan melanjutkan karirnya dalam pelayanan publik.
Sekarang, di masa pensiun, Papa Fona telah kembali ke lingkungan yang pernah memberinya banyak kenangan dan pelajaran, yaitu PDI Perjuangan. Semangatnya untuk berjuang dalam kancah politik tampak tidak pernah padam, meski kini tanpa beban tanggung jawab sebagai PNS. Kembalinya beliau ke ‘kandang banteng’—julukan bagi PDI Perjuangan—adalah bukti dedikasi dan cinta beliau terhadap nilai-nilai perjuangan yang selalu dipegang teguh. Saya, dan banyak orang lain, terus mengagumi keteguhan dan dedikasi beliau yang tak kenal lelah untuk terus berkontribusi dan berdedikasi bagi negeri, melalui platform politik yang paling dijunjungnya.