Lebih dari 50.000 orang Bangladesh Bergabung dengan Reli Anti Prancis
Waktu.news | Lebih dari 50.000 orang yang diorganisir oleh kelompok Hifazat-e Islam yang bergabung dalam aksi protes pada hari Senin di Dhaka Bangladesh atas sikap Presiden Prancis Emmanuel Macron terhadap karikatur Nabi Muhammad, lapor badan bdnews24 Bangladesh.
Awalnya Reli Anti Prancis ini, ribuan orang tersebut berkumpul di dekat masjid terbesar negara itu, Baitul Mukarram, dan berbaris menuju kedutaan Prancis.
Setelah polisi menghentikan kerumunan di daerah Shantinagar, orang-orang tersebut memblokir jalan terdekat selama beberapa jam.
Sekretaris Jenderal Hifazat-e Islam Junaid Babu Nagari mengatakan selama protes bahwa Dhaka perlu memutuskan hubungan diplomatik dengan Paris dan memboikot semua produk Prancis, menurut kantor berita tersebut.
Kelompok Reli Anti Prancis itu juga mendesak pihak berwenang Bangladesh untuk secara resmi mengutuk Prancis. Selain itu, Nagari meminta Prancis untuk meminta maaf kepada dunia Muslim.
Lebih dari setengah juta kaum Muslim berbaris di jalan-jalan ibu kota Bangladesh pada hari Senin dalam aksi protes terbesar negara itu yang menentang dukungan presiden Prancis terhadap kebebasan berekspresi yang memungkinkan karikatur Nabi Muhammad.
Pada 21 Oktober, Macron menyampaikan pidato dalam upacara peringatan untuk guru sejarah Prancis, Samuel Paty, yang dibunuh oleh seorang remaja Chechnya yang teradikalisasi setelah menunjukkan karikatur tersebut kepada murid-muridnya.
Presiden menekankan bahwa Prancis tidak akan mengingkari kartun tersebut dan terus mempertahankan kebebasan berekspresi.
Pidato Macron mendapat reaksi keras di kaum Muslim, karena banyak yang menganggap kartun Nabi Muhammad sebagai penghujatan. Di tengah seruan untuk memboikot produk Prancis, Macron mengatakan bahwa dia memahami perasaan Muslim, tetapi menegaskan bahwa Islam radikal adalah ancaman bagi semua.(**)