Waktu.News | Untuk melindungi diri kita selama pandemi ini, pemerintah berharap keapda mayarakat agar mengambil banyak tindakan pencegahan dasar. Beberapa dari tindakan pencegahan ini termasuk mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak fisik kontak. Langkah-langkah tersebut yakini dapat membantu mengendalikan penyebaran virus.
Namun, menurut penelitian terbaru yang telah terbit dalam International Journal of Multiphase Flow edisi November, jika seseorang mengenakan topeng, tetesan infeksi dapat menyebar hingga beberapa meter dan juga dapat bertahan di udara untuk jangka waktu yang lama.
Masker mungkin tidak dapat memberikan perlindungan lengkap dari COVID-19 yang menular Sejauh ini. bahwa setiap kali seseorang batuk, tetesan besar segera jatuh karena gravitasi, sedangkan tetesan kecil bergerak lebih jauh, hampir dalam garis lurus dan kemudian menguap dengan cepat.
Namun menurut sekelompok peneliti dari AS, Prancis, dan Italia, tetesan kecil yang mengandung virus ini memiliki kemampuan untuk berubah menjadi aerosol, yang dapat bertahan di sekitarnya lebih lama. Aerosol juga dapat melakukan perjalanan beberapa meter (hingga 8 meter), sehingga meningkatkan risiko menginfeksi orang pada jarak yang lebih jauh.
Para ilmuwan menemukan bahwa tetesan air liur berukuran rata-rata dengan diameter 10 mikrometer membutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk jatuh ke tanah. Ini meningkatkan risiko penularan infeksi bahkan ketika aturan jarak harus ikuti.
Risiko penularan ini meningkat ketika kelembapan relatif tinggi atau area tersebut memiliki ventilasi yang buruk.
Masker dapat mengurangi volume tetesan infeksi Batuk
Fakta yang mapan bahwa ketika seseorang dengan infeksi COVID-19, batuk, bersin atau bernyanyi, tetesan infeksius kemudian lepaskan ke udara sekitarnya. Dalam penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Physics of Fluids pada tanggal 20 Oktober 2020, ditemukan bahwa batuk orang yang terinfeksi COVID-19 dapat mencemari volume udara di sekitarnya yang lebih besar daripada yang diyakini sebelumnya karena aliran seperti jet yang dibuat oleh batuk.
Dalam penelitian ini, para ilmuwan mempelajari aksi batuk dengan bantuan teori jet dan penelitian sebelumnya berdasarkan topik ini.
Temuan menunjukkan bahwa 5-8 detik pertama setelah batuk menangguhkan tetesan infeksi di udara dan, dengan demikian, menyebarkan penyakit. Diketahui bahwa setelah jangka waktu tersebut, batuk (awan aerosol yang terbentuk setelah batuk) mulai menyebar.
Jika kita bandingkan dengan orang yang memakai masker bedah, awan batuk ketemu 7 kali lebih besar pada orang yang tidak memakai masker. Volume awan batuk pada pemakai non-masker temukan 23 kali lebih besar daripada yang terlihat pada orang yang memakai masker N95.
Bahwa mengadopsi beberapa kebiasaan sederhana seperti batuk ke siku atau menggunakan sapu tangan saat batuk atau bersin dengan memakai masker, dapat membantu mengurangi volume awan batuk.
Dengan studi ini, para ilmuwan menyimpulkan bahwa memakai masker mungkin tidak memberikan perlindungan lengkap tetapi dapat mengurangi risiko penularan infeksi ke orang lain yang ada di ruangan itu ke tingkat yang signifikan. (rhp)