OpenAI, si jenius kecerdasan buatan yang dipeluk oleh Microsoft dan di balik si penyihir gambar terkenal, DALL-E, mengumumkan kelahiran alat baru yang bertujuan membedakan apakah gambar digital diciptakan oleh kecerdasan buatan atau tidak.
Autentikasi menjadi perhatian utama di era pesatnya perkembangan AI, dengan otoritas khawatir tentang kemungkinan munculnya deep fake yang bisa menggoncang tatanan sosial.
Menurut laporan, pengklasifikasi deteksi gambar OpenAI, yang saat ini sedang menjalani uji coba, mampu menilai dengan akurat apakah suatu gambar berasal dari salah satu model AI generatif perusahaan seperti DALL-E 3.
OpenAI menyebutkan bahwa selama pengujian internal pada versi sebelumnya, alat ini dengan cermat mengidentifikasi sekitar 98 persen gambar DALL-E 3 sementara hampir tidak pernah salah menandai lebih dari 0,5 persen gambar yang bukan berasal dari AI.
Namun, perlu diingat bahwa gambar DALL-E 3 yang dimodifikasi akan lebih sulit untuk dikenali, dan bahwa alat ini hanya mampu mengidentifikasi sekitar lima hingga 10 persen dari gambar yang dihasilkan oleh model AI lainnya.
OpenAI juga mengungkapkan rencananya untuk menambahkan watermark ke metadata gambar AI seiring dengan bergabungnya lebih banyak perusahaan dalam mematuhi standar dari Koalisi untuk Provenans dan Otentisitas Konten (C2PA).
C2PA merupakan sebuah inisiatif industri teknologi yang menetapkan standar teknis untuk menentukan asal-usul dan keaslian konten digital, dalam proses yang lebih dikenal dengan sebutan watermarking.
Raksasa media sosial Facebook, Meta, baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka akan mulai memberi label pada media yang dihasilkan oleh AI mulai bulan Mei menggunakan standar C2PA. Sementara itu, Google, yang juga merupakan raksasa dalam dunia kecerdasan buatan, turut serta dalam inisiatif ini.
- Inovasi Terbaru: DALL-E 3, Sang Pencipta Gambar Canggih, Kini Tersedia dalam ChatGPT Plus
- Google Wajibkan Pengungkapan Konten Hasil AI pada Pengiklan Pemilu
