Senjata Tradisional Sulawesi Selatan: Pilar Budaya Bugis-Makassar yang Sarat Mistis, Sejarah, dan Filosofi
Panduan Lengkap Menyelami Pusaka Badik, Bessing, hingga Waju Rante

Sulawesi Selatan tak hanya memikat lewat Coto Makassar atau hamparan pasir Tanjung Bira. Provinsi ini juga rumah bagi senjata tradisional Sulawesi Selatan-deretan pusaka yang menjadi cermin keberanian, hierarki sosial, dan kepercayaan mistis Bugis-Makassar. Dari bilah badik hingga rantai baja zirah, setiap senjata menyimpan kisah perang kerajaan, etos siri’ na pacce (harga diri), dan penghormatan kepada leluhur.
Sejarah & Fungsi Senjata Tradisional di Sulsel
- Alat pertahanan & perang: prajurit Kerajaan Gowa, Bone, dan Tallo memakainya di medan tempur.
- Simbol status: hiasan emas-perak membedakan badik rakyat dari pusaka bangsawan.
- Perangkat ritual: hingga kini keris, badik, dan tombak sakral hadir dalam pernikahan, mappacci, dan pesta adat.
- Penanda identitas: setiap laki-laki Bugis-Makassar tradisional wajib menyelipkan badik di pinggang sebagai marwah diri.
H2: Ensiklopedia Senjata Tradisional Sulawesi Selatan
Berikut 12 pusaka utama beserta asal, ciri, dan filosofinya.
Advertisement
1. Badik Lompo Battang – “Perut Buncit” Sang Ksatria Gowa
Bilah melebar di tengah, ujung runcing, dipercaya membawa keberanian. Sejak era Sultan Hasanuddin, badik ini jadi ikon prajurit Gowa-Tallo dan kini diselipkan dalam busana adat pria Makassar.
2. Badik Raja – Pusaka Gaib Kajuara, Bone
Panjang 20–25 cm, logam berkualitas tinggi, pamor indah. Hanya raja Bone yang boleh memilikinya; masyarakat percaya badik ini ditempa “tangan gaib” dan membawa tuah perlindungan.
3. Badik Lagecong – Badik Perang Berbisa
Dijuluki mosonya (berbisa) karena pamornya “sekali sentuh, lawan tumbang”. Cerita lisan menyebutnya ditempa empu La Gecong, sehingga namanya melekat.
4. Keris Tappi (Gajang) – Warisan Kebijaksanaan Bugis Bone
Bilah berkelok meruncing, ditempatkan di anjungan rumah panggung sebagai penolak bala. Kini lebih sering diwariskan antargenerasi sebagai lambang kehormatan keluarga.
5. Tombak Bessing & Bessing Banranga – Lembing Segala Kasta
Ujung besi (bessing) dapat menusuk atau dilempar. Varian Banranga memakai gagang emas/perak—milik bangsawan; versi kayu untuk rakyat dan pemburu.
6. Perisai Kanna – Tameng Status Sosial
Bulat, dihias motif emas-perak bagi kalangan karaeng; polos untuk rakyat jelata. Menegaskan struktur sosial Bugis-Makassar kala perang antarkerajaan.
7. Badik Luwu – Koleksi Buruan Kolektor
Bilah lurus pamor halus, berasal dari Kerajaan Luwu (kerajaan tertua di Sulsel). Kerap diburu kolektor karena nilai sejarah dan estetika.
8. Badik Lompo Toka – Varian Ramping Penjaga Siri’
Lebih ramping, cocok diselipkan di lipatan sarung. Dipakai lelaki Bugis dalam keseharian untuk menegakkan harga diri (siri’).
9. Waju Rante – Zirah Rantai Prajurit Sulsel
Anyaman cincin besi lentur; dahulu melindungi tubuh prajurit dari sebatan badik dan anak panah. Kini tersisa di Museum La Galigo Makassar.
10. Pedang Alamang (Sudang/Salapu) – Lambang Wibawa Bangsawan
Pedang lurus, ujung runcing ke bawah. Hanya dihunus dalam upacara besar kerajaan sebagai simbol kedaulatan karaeng atau arung.
11. Sumpitan Seppu – Senjata Sunyi Beracun
Batang bambu ramping, anak panah dipulas racun alam. Efektif untuk berburu dan perang gerilya jarak jauh; kini tampil di pertunjukan budaya.
12. Baju Besi Bassoro & Perlengkapan Pendukung
Selain zirah rantai, prajurit memakai bassoro (helm tempur), gala (sarung pedang), dan songko todi bermotif emas penanda pangkat.
Nilai Filosofis & Mistis di Balik Bilah
Nilai | Penjelasan | Contoh Senjata |
---|---|---|
Siri’ (harga diri) | Kehormatan pria Bugis-Makassar wajib dijaga hingga tetes darah terakhir. | Badik Lompo Toka |
Hierarki Sosial | Emas/perak menunjukkan derajat bangsawan. | Kanna, Bessing Banranga |
Proteksi Mistis | Pusaka dipercayai berjiwa; diruwat pada malam Jumat Kliwon. | Badik Raja, Lagecong |
Warisan Leluhur | Pusaka diwariskan sebagai nasihat moral & identitas keluarga. | Keris Tappi |
Cara Menemukan & Melestarikan Senjata Tradisional
Museum & Benteng
Advertisement
- Museum La Galigo, Benteng Rotterdam (Makassar): koleksi badik, Waju Rante, pedang Alamang.
- Balla Lompoa, Gowa: menyimpan Badik Lompo Battang asli beserta regalia Kerajaan Gowa.
Workshop Pande Besi Tradisional
Desa Tondong Tallasa (Pangkep) & Bonto-Bahari (Bulukumba) membuka tur tempa badik; pengunjung boleh mencoba masempa (memalu).
Festival Budaya
Lovely Toraja, F8 Makassar, dan Hari Jadi Bone menampilkan parade busana prajurit lengkap senjata.
Pembelian Bertanggung Jawab
Beli replika legal dengan sertifikat empu; lapor di bandara untuk pengangkutan sesuai regulasi.
FAQ – Senjata Tradisional Sulawesi Selatan
Pertanyaan | Jawaban Singkat |
---|---|
Apakah senjata tradisional masih diproduksi? | Ya. Pande besi di Maros, Bone, & Gowa tetap menempa badik & keris untuk upacara dan kolektor. |
Bolehkah turis membawa pulang badik? | Boleh jika replika non-pusaka, disertai surat keterangan perajin & izin karantina bandara. |
Kapan waktu terbaik menyaksikan atraksi senjata? | Agustus–Oktober saat festival budaya & ulang tahun kerajaan lokal. |
Apa perbedaan badik Bugis dan Makassar? | Badik Bugis cenderung lurus; Badik Makassar lebih gemuk di tengah (Lompo Battang). |
Senjata tradisional Sulawesi Selatan memadukan estetika, fungsi, dan spiritualitas. Dari kilau pamor Badik Raja hingga denting rantai Waju Rante, setiap pusaka adalah bab hidup yang menautkan masa lalu dengan masa kini. Dengan mengenal, mengunjungi, dan mendukung perajin lokal, Anda ikut menjaga nyala warisan Bugis-Makassar agar tetap berkilau di bawah langit Angin Mamiri.
Siap memasukkan wisata pusaka ini ke dalam itinerary? Selipkan satu hari untuk museum, satu malam menyambangi empu, dan pulanglah membawa cerita keberanian yang tertulis di setiap bilah.
- Senjata Tradisional Bali: Pilar Budaya, Spiritualitas, & Identitas Pulau Dewata
- Misteri di Balik Keindahan: Eksplorasi 6 Destinasi Mistis di Jogja
- Tersembunyi di Kabupaten Gowa, Air Terjun Kaloro Larang: Surga Tersembunyi yang Tak Tertandingi!