✨ Marhaban ya Ramadan 1446 H

bLOG Waktu
Advertisement
BoltimDaerah

Ternyata Sejak Penarikan Alsintan 2021, Sawah di Nuangan Boltim Jadi Lahan Tidur

Advertisement

Puluhan hektar sawah di Kecamatan Nuangan, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, ternyata sudah tidak lagi produktif. Dari data yang diperoleh, sekitar 36 hektar sawah di wilayah tersebut menjadi lahan tidur sejak tahun 2022.

Kondisi ini diduga terjadi karena seluruh alat dan mesin pertanian (Alsintan) yang sebelumnya tersedia di daerah tersebut ditarik oleh Dinas Pertanian. Akibatnya, para petani kesulitan mengolah lahan mereka, sehingga sawah yang sebelumnya menghasilkan padi kini terbiar.

Advertisement

Mantan Kepala Desa Nuangan, Hamdan Arbie, menyoroti kondisi tersebut. Ia meminta agar Alsintan yang ditarik segera dikembalikan lagi.

“Itulah mengapa kami minta-minta Alsintan yang mereka tarik ke daerah itu. Dulunya kan panen di sini,” ujar Hamdan Arbie.

Advertisement

Hamdan menjelaskan, selain Matabulu, di wilayah Nuangan terdapat dua lokasi, yakni Nuangan I dan Nuangan. Namun, masalah utama yang dihadapi petani adalah air dan alat pertanian.

“Kan sawah di Nuangan ini cuma dua lokasi, di Nuangan I dan Nuangan Induk. Cuma dia kendalanya di air, dan Alsintan,” tambahnya.

Hamdan juga menunjukkan beberapa foto kondisi lahan sawah ketika masih produktif. Ia bahkan mengaku telah mengupayakan membuka akses jalan demi mempermudah pertanian di wilayahnya saat masih menjabat sebagai kepala desa.

“Coba lihat padi sawah ini, ini sawah Nuangan ini. Itulah kenapa saya ketika masih Sangadi membuat jalan yang tembus ke Iyok itu, bahkan mereka protes itu, karena sawah ini. Sekarang sudah tidak ada sawah ini. Karena Alsintan sudah tidak ada, mereka sudah tarik,” tambahnya.

Advertisement

Lebih lanjut, Hamdan juga mengaku bahwa dulu ia juga mengupayakan adanya pembangunan beberapa pintu air untuk membantu irigasi melalui Dinas Pertanian. Namun, sayangnya sejak Alsintan ditarik ke kabupaten, lahan sawah di Nuangan pun tidak ada lagi yang menggarapnya.

“Itu masih terobosan saya dulu ketika masih Sangadi (kepala desa), sampai ada beberapa pintu air diminta ke Dinas Pertanian. Sekarang mati, Alsintan yang mereka tarik ke kabupaten, tidak kembali lagi, dan itu punya Kecamatan Nuangan,” jelasnya.

Senada dengan Hamdan, seorang petani setempat, Andi Adam, juga menyampaikan rasa kecewanya terhadap kondisi ini. Pasalnya, ia pernah mengelola sekitar 7 hektar sawah dan menghasilkan hampir 17 ton beras.

“Saya dulu kelola sekitar 7 hektar waktu itu, kali 2,5 ton. Berarti ada hampir sekitar 17 ton. Itu beras. Makanya dulu ada kekecewaan sedikit, karena sementara proses bergeser (perluasan), kan 15 hektar di situ bisa dikelola, ternyata jadi rumit begitu. Alasannya kasih balik dulu, perbaikan dulu Alsintan itu,” kata Andi Adam.

Andi juga mengungkapkan bahwa sawah di Nuangan sebenarnya memiliki potensi besar untuk menghasilkan panen yang melimpah. Ia pun mengaku ingin kembali mengelola sawah tersebut, namun terkendala oleh saluran pembuangan air yang tidak memadai.

“Harapan saya, pertama kasih dulu pembuangan, supaya bisa kering. Lahan tidak bisa kering, air sampai paha karena pembuangan tidak ada. Kalau air lancar, karena air dari Sungai Sinalogan dia masuk, pintu air ada, bagus. Kedua, Alsintan yang ditarik, cuma itu,” ujarnya. (aah)

Advertisement

Advertisement

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button