Waktu.news | Warner Bros Discovery (WBD.O) mengumumkan kejutan besar pada hari Selasa dengan berhasil menjalin kesepakatan bersama megabintang Hollywood, Tom Cruise. Dalam kesepakatan ini, mereka akan bersama-sama mengembangkan dan memproduksi film-film teatrikal orisinal serta waralaba pada tahun 2024.
Kemitraan film dengan Cruise bukan hanya sukses bagi co-chairs Warner Bros Motion Picture Group, Michael De Luca dan Pam Abdy, tetapi juga menjadi pemenuhan dari keinginan CEO David Zaslav yang selalu menginginkan kerja sama dengan bakat terbaik di balik dan di depan kamera.
“Ini bukan sekadar kesepakatan dengan bintang film terbesar di dunia, Tom Cruise, tetapi juga sebuah langkah besar,” ungkap analis media senior Comscore, Paul Dergarabedian.
“Cruise bukan hanya menarik perhatian, tetapi juga bakat. Setiap studio bangga memiliki perjanjian formal dengan pembuat film dan bintang terkenal untuk menunjukkan komitmen mereka kepada para kreator kreatif yang sangat dicari.”
Cruise, yang telah memainkan peran utama dalam film-film blockbuster seperti “Top Gun,” “The Last Samurai,” dan seri “Mission: Impossible,” bahkan akan memiliki kantor di kompleks Warner Bros Discovery di Burbank, bergabung dengan deretan bintang seperti Clint Eastwood dan Frank Sinatra.
Dalam karirnya yang mencapai lima dekade, film-film Cruise telah meraup lebih dari $12 miliar secara global. Rilis tahun 2022, “Top Gun: Maverick,” saja berhasil mengumpulkan hampir $1,5 miliar, menurut perusahaan pengukuran Comscore. Film terbarunya, “Mission: Impossible — Dead Reckoning Part One,” menghasilkan pendapatan kotor sebesar $568 juta di seluruh dunia.
Menariknya, kesepakatan Cruise dengan Warner Bros bersifat non-eksklusif, sementara dia juga tengah bekerja pada seri terbaru dari waralaba “Mission: Impossible” untuk Paramount Pictures, begitu ungkap salah satu sumber.
Para pemain besar di dunia perfilman, termasuk Warner Bros, saat ini sedang berjuang untuk bangkit setelah mogok kerja yang panjang. Pada tahun 2023, penulis dan kemudian aktor Hollywood melakukan mogok untuk menuntut gaji lebih tinggi dan perlindungan terhadap penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam pembuatan film.
Mogok ini bukan hanya menghentikan sebagian besar produksi film dan televisi, tetapi juga membuat acara talk show larut malam terhenti dan membuat jaringan siaran terpaksa menayangkan ulang acara realitas. Dampaknya bahkan terasa hingga produksi film “Mission Impossible” berikutnya, yang harus ditunda karena Paramount Global (PARA.O) juga terkena dampak dari salah satu mogok kerja terpanjang dalam sejarah industri hiburan Amerika. (red)