✨ Marhaban ya Ramadan 1446 H

bLOG Waktu
BoltimDaerah

Wow! Tak Lagi Jabat Kades di Nuangan Boltim Hamdan Arbie Ternyata Sibuk Urus Tanaman Satu Ini

Advertisement

Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) di Bolaang Mongondow Timur (Boltim) yang belum jelas hingga februari 2025 ini rupanya tidak membuat para mantan kepala desa resah. Alih-alih menunggu dengan harap-harap cemas, mereka rupanya justru sibuk dengan rutinitas yang tak kalah menarik.

Ada yang terjun ke dunia politik, menjadi penambang, menjalankan usaha kecil-kecilan, hingga kembali mengolah lahan pertanian. Salah satu yang mencuri perhatian adalah mantan Kepala Desa Nuangan, Kecamatan Nuangan, Hamdan Arbie.

Advertisement

Sejak masa jabatannya berakhir pada akhir 2023, Hamdan rupanya langsung memilih kembali ke kebun dan fokus bertani. Namun, yang mengejutkan, selain menanam cengkih dan cabai rawit, ia ternyata diam-diam juga membudidayakan kakao.

“Bertani sudah jadi bagian hidup saya, dan saya melihat tanaman biji cokelat (kakao) ini memiliki potensi besar. Karena, cokelat ini semakin banyak, semakin menguntungkan. Buktinya, seluruh dunia menggunakannya, semua orang memakannya,” ujar Hamdan Arbie ketika ditemui, Minggu (16/2/2025).

Advertisement

Hamdan menjelaskan bahwa kakao memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan tanaman lainnya. Menurutnya, membudidayakan tanaman kakao tidak ribet, terutama jika menggunakan bibit unggul hasil entris atau setek.

“Jadi keuntungan tanaman cokelat ini bisa menopang hidup, karena tanaman ini termasuk tanaman paling cepat berbuah. Banyangkan, dalam kurun satu tahun setengah saja sudah memberikan contoh buah. Sama seperti punya saya yang bibit unggul hasil setek, bukan lokal, itu baru masuk satu tahun saja sudah berbuah. Nah, dia memberi contoh bua saja itu sudah satu kilo lebih, kena diharga 100 ribu rupiah,” kata Hamdan Arbie,” ungkapnya.

Selain itu, Hamdan juga mengungkapkan alasan lain yang membuatnya semakin serius membudidayakan kakao adalah karena hasil panennya yang cukup menguntungkan. Tanaman kakao, kata dia, bisa dipanen dua kali dalam setahun, yakni pada puncak panen utama dan panen kecil.

Advertisement

“Jadi cokelat ini sebenarnya yang paling bisa menopang hidup, apa terlebih di wilayah kita ini. Karena dalam setahun, cokelat ini tidak hanya berbuah sekali, tetapi juga memiliki buah antara. Beda dengan cengkih, kalau di Nuangan ini hanya di beberapa wilayah saja yang berbuah dua kali setahun, sedangkan di tempat lain seperti di perkebunan rata uyu itu bisa butuh dua hingga tiga tahun,” tambahnya.

Menariknya, Hamdan mengaku tidak terlalu mempersoalkan apakah bibit kakao yang ditanam merupakan hasil entris atau bibit lokal tanpa entris. Baginya, yang paling penting adalah bagaimana perawatannya.

Namun, jika harus memilih, ia justru lebih menyukai kakao lokal tanpa entris. Alasannya, bibit hasil entris membutuhkan perlakuan khusus, terutama dalam hal pemupukan.

“Kalau bicara cokelat, sebetulnya varietas lokal yang memang paling bagus, karena dia cuma pemeliharaannya. Yang dijaga cuma cabang air saja, tapi kalau setek musti diberi makan (pupuk). Bedanya itu,” jelasnya.

Kini, Hamdan tanpaknya tengah menikmati kesibukannya sebagai petani. Saat ini tanaman kakao miliknya ada sekitar 350 pohon.

Langkahnya membudidayakan kakao sepertinya bukan hanya menjadi contoh bagi para mantan kepala desa lainnya, tetapi juga membuka peluang baru bagi masyarakat untuk mengembangkan pertanian kakao sebagai komoditas unggulan.

Lantas, apakah Hamdan benar-benar sudah meninggalkan dunia pemerintahan desa? Atau ini hanya pengisi waktu luang sementara sebelum ia kembali bertarung di Pilkades mendatang? Kita lihat saja nanti! (aah)

Advertisement

Advertisement

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button