
Dalam upaya mendorong roda ekonomi dan menjaga kelestarian alam, praktek bisnis konvensional tidak dapat dilakukan. Untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi setelah perlambatan akibat Covid-19 dan bencana alam di Kabupaten Sigi dan Provinsi Sulawesi Tengah, diperlukan keterlibatan dan kolaborasi dari berbagai pihak.
Pemerintah Kabupaten Sigi menyadari bahwa mereka tidak dapat mencapai semua target ini dengan berjalan sendirian. Oleh karena itu, Festival Lestari 5 akan diadakan sebagai upaya kolaborasi multipihak dalam membangun pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sigi dan Provinsi Sulawesi Tengah.
Bupati Sigi, Mohamad Irwan Lapatta, mengungkapkan bahwa festival ini merupakan perayaan bersama untuk mengenal lebih dalam potensi alam, budaya, dan masyarakat Sulawesi. Festival ini mencerminkan harapan bagi Kabupaten Sigi dan kabupaten lain di Provinsi Sulawesi Tengah.
Irwan mengatakan bahwa festival ini juga merupakan ajang tukar belajar inovasi pembangunan dan bisnis berbasis alam antara kabupaten anggota Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) dan mitra yang memiliki prinsip pembangunan hijau.
Dengan memperkenalkan kekayaan potensi alam dan budaya, Festival Lestari dapat membuka peluang investasi lestari yang melindungi ekosistem dan memberdayakan masyarakat. Hal ini akan memastikan roda ekonomi tetap berputar sambil menjaga kelestarian alam.
Festival Lestari merupakan agenda tahunan yang diselenggarakan oleh LTKL, kaukus pembangunan lestari di bawah Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI).
Kabupaten Sigi dan Provinsi Sulawesi Tengah menjadi tuan rumah kegiatan ini dengan tema ‘Tumbuh Lebih Baik’, bertujuan untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi masyarakat di kawasan tersebut.
Festival ini diharapkan dapat menjadi strategi efektif untuk menghidupkan ekosistem pariwisata, ekonomi kreatif, dan industri kecil menengah di Kabupaten Sigi.
Irwan menambahkan bahwa melalui festival ini, tercipta kolaborasi multipihak yang memperkenalkan kearifan lokal, budaya, potensi alam, dan komoditas lokal sebagai tumpuan ekonomi masyarakat.
Sejak tahun 2020, Kabupaten Sigi telah bereksperimen dengan berbagai cara inovatif, termasuk hilirisasi basis alam yang dikembangkan secara kolaboratif bersama mitra dan pemuda daerah sebagai penggerak utama.
Pembangunan lestari ini bertujuan karena Provinsi Sulawesi Tengah memiliki Cagar Biosfer Lore Lindu, salah satu dari 19 cagar biosfer di Indonesia, dengan luas mencapai 1,6 juta hektar. Cagar ini memiliki peran dan fungsi strategis, sehingga memerlukan model pembangunan berkelanjutan.
Oleh sebab itu, Festival Lestari juga menyelenggarakan Forum Bisnis dan Investasi Inovasi Berbasis Alam untuk membuka peluang kerjasama dan kolaborasi multipihak dalam mendukung implementasi pembangunan lestari di Indonesia.
Irwan menyatakan bahwa potensi inovasi basis alam dapat menjadi jangkar pendekatan pengelolaan kawasan yang lebih lestari bagi Sulawesi Tengah, Indonesia, dan dunia.
Dengan kerja sama, model ini dapat berkembang menjadi Kawasan Ekonomi Restoratif dalam konteks cagar biosfer, yang menunjukkan bahwa lingkungan dapat dijaga secara konsisten dan masyarakat dapat sejahtera.
Forum Bisnis dan Investasi dengan tema “Membuka Peluang Ekonomi Restoratif Cagar Biosfer di Sulawesi Tengah” akan menjadi forum bisnis dan investasi pertama di Indonesia yang menyoroti inovasi dan solusi berbasis alam sebagai respons terhadap krisis iklim dan praktik bisnis.
Pendekatan ini sangat relevan dalam menghadapi isu-isu lingkungan yang mendesak saat ini.
Kepala Sekretariat LTKL, Gita Syahrani, menyatakan bahwa Forum Bisnis dan Investasi untuk Inovasi Basis Alam diadakan untuk mewujudkan pembangunan lestari. Dalam upaya ini, dukungan teknis, investasi, transaksi, dan pendanaan dari berbagai pihak sangat diperlukan.
Dalam forum Festival Lestari ini, terdapat lima fokus prioritas yang akan dikembangkan.
- Pengembangan ekonomi berbasis multi usaha kehutanan.
- Peningkatan produktivitas komoditas perkebunan ekonomi berbasis dan agroforestri dengan praktek berkelanjutan.
- Pengembangan industri hilirisasi berbasis alam menjadi produk bernilai tambah.
- Jasa ekosistem.
- Ekowisata.
Gita berharap melalui forum ini dapat tercipta sinergi dan kolaborasi yang kuat antara sektor publik dan swasta dalam mewujudkan pembangunan lestari.
“Dalam kesempatan ini, berbagai portofolio komoditas lestari, produk-produk UMKM lestari, dan konsep pitch di Kawasan Ekonomi Restoratif Sulawesi Tengah akan disajikan,” tambahnya.
Inovasi berbasis alam tidak hanya menyasar rantai pasok komoditas, tetapi juga bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan UMKM dan meningkatkan nilai transaksi pelaku usaha kecil dan menengah. Hal ini sejalan dengan target Bangga Buatan Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah yang mencapai Rp50 miliar untuk tahun 2023.
Ratih Purbasari Kania, Direktur Perencanaan Sumber Daya Alam Kementerian Investasi, mengatakan bahwa tren investasi yang menekankan dampak sosial dan lingkungan semakin meningkat. Terlebih lagi, dengan meningkatnya bencana alam akibat perubahan iklim dan pandemi COVID-19, banyak investor yang tidak hanya mencari keuntungan tetapi juga ingin menciptakan dampak positif.
Mengikuti tren ini, pada tahun 2022, Kementerian Investasi/BKPM bekerja sama dengan berbagai pihak meluncurkan Panduan Investasi Lestari. Panduan ini dapat digunakan oleh berbagai pihak, terutama investor, bisnis, dan pemerintah, untuk mendorong investasi yang tidak hanya memiliki nilai ekonomi tetapi juga memberikan dampak positif.
Ratih menyebut bahwa Kementerian Investasi mendorong investasi berkelanjutan melalui penyusunan Peta Peluang Investasi (PPI). Melalui PPI, Kementerian Investasi mengumpulkan potensi investasi dari berbagai daerah yang siap ditawarkan. Penyusunan proyek investasi juga memperhatikan aspek keberlanjutan.
“Dalam implementasi ini, tidak hanya pemerintah pusat yang memiliki peran penting dalam mencapai target ekonomi hijau, tetapi juga keterlibatan pemerintah daerah sangat dibutuhkan untuk mendorong kolaborasi,” kata Ratih.
Untuk itu, Kementerian Investasi bekerja sama dengan LTKL dan kabupaten anggotanya dalam rangkaian proses ko-kreasi untuk mengembangkan portofolio investasi berkelanjutan di daerah-daerah yang mempromosikan komoditas berkelanjutan, salah satunya adalah Kabupaten Sigi.
Ratih menjelaskan bahwa komoditas agroforestri adalah salah satu komoditas unggulan dan berkelanjutan yang dapat didorong sebagai portofolio investasi. “Forum Bisnis dan Investasi untuk Inovasi Basis Alam yang diadakan dalam Festival Lestari dapat mendorong investasi dan transaksi yang berkelanjutan, serta meningkatkan pengembangan produk inovatif berbasis alam. Hal ini akan memberikan dampak positif tidak hanya bagi Sulawesi Tengah, tetapi juga daerah lain yang memiliki semangat dan misi pembangunan lestari,” tambah Ratih.
Rama Manusama dari Koalisi Ekonomi Membumi dan Katalys Partners menyatakan bahwa saat ini pendanaan berkelanjutan dan fokus pada dampak sudah siap untuk berinvestasi dan sedang mencari portofolio investasi di Indonesia. Glasgow Financial Alliance for Net Zero, misalnya, memiliki aset investasi senilai US$130 triliun dan berkomitmen untuk mendanai portofolio yang mengurangi emisi gas.
Rama menekankan pentingnya mempersiapkan portofolio investasi berkelanjutan untuk menyambut investasi dan pendanaan ini, serta memastikan kepada investor dan pembeli bahwa standar lingkungan telah dijaga dengan baik. Katalys dan Koalisi Ekonomi Membumi sedang membangun proyek pilot di Kabupaten Sigi untuk memperkuat aspek hulu secara terintegrasi dan menyiapkan portofolio investasi.
Noverian Aditya, Co-Founder Java Kirana, mengatakan bahwa tren investasi hijau perlu mendapatkan dukungan profesional agar bisnis berkelanjutan tetap menguntungkan. Melalui kerja sama dalam rantai pasok dan bantuan pemerintah, diharapkan implementasi ini dapat dilakukan lebih cepat dan memberikan dampak yang lebih luas. Java Kirana berperan dalam mengapresiasi petani kecil dengan menggunakan sistem pasca panen tersentralisasi. Mereka berharap Indonesia dapat bersaing dengan negara lain dalam hal kualitas dan kuantitas produk yang konsisten.
Noverian menambahkan bahwa dalam bisnis ini, perlu ada pihak yang menjamin kualitas, mencari pembeli, dan menjamin pembelian. Penting untuk dilakukan secara gotong royong dengan dukungan pemerintah. “Dalam hal ini, kita berkolaborasi secara massal agar dapat mewujudkannya dengan lebih cepat,” katanya.
Festival Lestari menjadi momentum yang ideal untuk berbagi pengalaman, pembelajaran, dan praktik terbaik dalam implementasi pembangunan lestari. Kolaborasi dan pertukaran pengetahuan ini juga dapat mempercepat pembangunan berkelanjutan di tingkat kabupaten dengan menciptakan hubungan saling menguntungkan antara pemerintah dan masyarakat, yang mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Salah satu acara yang diadakan dalam festival ini adalah Pasar Warga, yang akan berlangsung selama tiga hari di Taman Taiganja, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Acara ini dihadiri oleh ratusan hingga ribuan tamu, dan berbagai produk hilirisasi alam akan dipamerkan dan dijual kepada pengunjung.
Beberapa komoditas alam yang ditampilkan dalam festival ini termasuk kakao, bambu, vanili palmarosa, kopi, dan bambu. Komoditas ini telah dijadikan sebagai portofolio investasi lestari bagi Kabupaten Sigi.
Selain itu, festival ini juga melibatkan kaum muda sebagai agen perubahan. Acara seperti Community Talks, Town Hall Muda dengan partisipasi Generasi Lestari dan Pijar Foundation juga diselenggarakan dalam rangkaian festival ini.
Gita, salah satu peserta festival, mengatakan bahwa festival ini merupakan upaya untuk memperkenalkan keanekaragaman hayati, potensi komoditas, dan model bisnis lestari yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat. Melalui kegiatan ini, diharapkan kesadaran akan pentingnya pembangunan lestari meningkat dan masyarakat lokal terlibat secara aktif dalam proses pembangunan.
Festival Lestari 5 di Kabupaten Sigi menjadi kesempatan untuk membayangkan dan mengambil langkah konkret dalam pengembangan bisnis dan investasi dengan pendekatan inovasi berbasis alam.
Para mitra dan undangan yang hadir dalam festival ini memiliki kesempatan untuk menjelajahi kearifan lokal, kekayaan alam, komoditas, pariwisata, budaya, dan kuliner melalui program Telusur Lestari.
Program Festival Lestari 5 ini terdiri dari lima tujuan yang berbeda.
-
Telusur Rasa Lestari (Sustainable Culinary Journey)
Bertujuan untuk mengungkap cerita dan sejarah menu lokal di Kabupaten Sigi dengan melibatkan mitra seperti Kaum Restaurant, Cork & Screw Restaurant, Nasi Peda Pelangi, Masak TV, Parti Gastronomi, dan Kang Duren.
-
Telusur Wisata & Budaya Lestari
Membawa peserta untuk mengeksplorasi potensi pariwisata dan budaya di kawasan Danau Lindu yang terkenal sebagai laboratorium Lore Lindu.
-
Telusur Alam Lestari
Mengunjungi Hutan Ranjuri, salah satu hutan purba yang terletak di Sulawesi Tengah dan tidak jauh dari kota. Ada pula program Adopsi Pohon untuk Hutan Ranjuri yang dikembangkan melalui kolaborasi dengan Jejak.in dan Gojek Indonesia.
-
Petualang Lestari
Mengajak peserta untuk merasakan olahraga paralayang di lokasi Paralayang Wayu, salah satu tempat terbaik untuk melakukannya di Indonesia dan ASEAN. Sambil menunggu, peserta juga dapat menikmati kopi Sigi dan durian lezat dari Desa Dombu.
-
Telusur Komoditas Lestari
Membawa peserta mengunjungi lokasi produksi komoditas-komoditas yang diperkenalkan. Misalnya, kakao di Desa Omu, bambu di Desa Salua, serta sereh wangi, vanili, dan palmarosa di Desa Pulu.
- 8 Fokus Tempat Wisata Sigi Yang Tidak Boleh Terlewatkan
- Hutan Mangrove Lestari, Masyarakat Sejahtera, Iklim Terjaga
- Menguasai Pencarian Lokal dengan Mudah: 5 Strategi SEO Lokal Tahun 2023