Sukseskan Pilkada Serentak, Rabu 27 November 2024

bLOG Waktu
Advertisement
HealthLifestyle

Indonesia akan Sukses Tangani Covid-19? Vaksin Merah Putih Siap Tahun 2022 dan 3 Alat Deteksi Virus yang Terjangkau Telah Diluncurkan

Advertisement

Waktu.news | Tentu saja kita tidak bisa memastikan kesuksesan penanganan Covid-19 di Indonesia. Namun, ada setidaknya harapan yang mengupayakannya, seperti pengembangan vaksin Merah putih hingga alat deteksi inovasi bangsa kita!

Pergerakan vaksin di Indonesia, vaksin Merah Putih pada tahun 2022

Indonesia telah melaksanakan vaksinasi mulai tanggal 11 Januari 2021. Diawali oleh orang nomor satu Indonesia, Joko Widodo di Istana Kepresidenan bersama para pejabat, influencer, dan yang memiliki prioritas utama vaksinasi.

Advertisement

Vaksin Sinovac ialah vaksin yang diimplementasikan dalam penanggulangan Covid-19, setelah mendapatkan izin darurat dari BPOM. 3 juta vaksin ini telah diimpor dari negara asalnya China dan akan hadir kembali pada bulan-bulan berikutnya.

Namun, pergerakan vaksinasi di Indonesia tidak sebatas vaksin Sinovac saja. Adapun beberapa jenis vaksin yang akan dipesan dan diuji sebelum digunakan, termasuk mengembangkan vaksin Merah Putih.

Advertisement

Vaksin Merah Putih diperkirakan akan hadir pada tahun 2022 nanti, karena penelitian bibit vaksin masih dalam proses yang melibatkan 5 platform, yakni ITB, LIPI, UGM, UI, dan UNAIR. Pada kuartal I tepatnya bulan Maret bibit vaksin rencananya akan diberikan ke Bio Farma dan diawasi oleh BPOM.

Bambang selaku Menristek RI mengatakan kalau bibit ini akan menjadi domain dan mendapati proses lanjutan dari Bio Farma seperti uji klinis, hingga mendapatkan izin darurat (EUA) dari BPOM, dengan keluarnya izin paling cepat adalah 8 bulan setelah uji klinis pertama dilaksanakan.

Pengembangan vaksin Merah Putih diyakini dapat menjadi sumber vaksin lain yang dapat menopang jumlah masyarakat Indonesia  berjumlah kurang lebih 270 juta jiwa, karena vaksin yang telah diimplementasikan belum tentu dapat membuat daya tahan tubuh terjaga seumur hidup.

Kemudian, belum dapat dipastikan juga virus Covid-19 ini seperti apa, maka masih berpeluang untuk terus bermutasi. Maka dari itu, adanya dukungan tambahan dari vaksin Merah Putih akan sangat diperlukan.

Advertisement

Biaya riset teknologi dipangkas 90 miliar lebih, alokasi ke vaksinasi?

Ya, anggaran riset teknologi akan membantu peran negara dalam menyukseskan program vaksinasi di Indonesia. Sebesar 90 miliar lebih dana telah dipangkas dalam upaya penanggulangan Covid-19, seperti yang tertera dalam surat Menteri Keuangan (12 Januari 2021) kepada Kementerian Riset dan Teknologi.

Bambang pun mengonfirmasi hal tersebut, anggaran yang awalnya didapatkan pada awal Januari ini untuk tahun 2021 ialah 2,78 triliun rupiah kini menjadi 2,69 triliun. Selain dialokasikan ke program vaksin, dana itu memang akan digunakan untuk pelayanan umum, pendidikan, dan dukungan manajemen.

3 alat deteksi virus Covid-19, inovasi bangsa Indonesia!

1. GeNose

Alat pendeteksi yang muncul pertama kali di Indonesia. GeNose ini dikembangkan oleh salah satu Universitas terbaik di Indonesia, UGM (Universitas Gajah Mada). Hembusan nafas dari setiap individu adalah cara alat ini dalam mendeteksi adanya virus di dalam tubuh manusia, serta hasilnya akan diketahui dalam waktu 2 menit saja. Harga pengujiannya pun cukup terjangkau, yakni dari 15 ribu hingga 25 ribu saja.

2. RT-LAMP dan LFIA LIPI

LIPI yang juga tergabung dalam penelitian bibit vaksin Merah Putih, sebelumnya juga telah mengeluarkan alat yang dapat mendeteksi virus dan telah diuji coba dalam pendeteksian virus Influenza, MERS, dan SARS. RT LAMP adalah yang pertama dikeluarkan LIPI, dengan biaya pengujiannya 10 juta per 100 reaksi, jadi 1 reaksi dihargai sebesar 100 ribu.

Kemudian ada LFIA yang mengembangkan pendeteksian cepat (rapid test). Alat yang berbasis Nanopartikel Fluoresensi dalam Lateral Flow ImmunoAssay (LFIA) kit ini memiliki metode dengan basis gold nanoparticle (AuNO) yang akan didistribusikan dengan flourescent silica nanoparticle (FSNP).

3. CePAD

Alat ini merupakan hasil perpaduan antara Universitas Padjadjaran (UNPAD) dengan Institut Teknologi Bandung (ITB). CePAD versi pertama masih menggunakan swab dalam pengujiannya. Namun, di versi CePAD selanjutnya setiap individu bisa menggunakannya secara mandiri. Dengan mendeteksi molekul, alat ini akan menggunakan air liur sebagai spesimen pengujiannya.

Lantas, bagaimana menurut Anda terkait negara kita dalam upaya penanggulangan Covid-19?

Advertisement

Advertisement

Redaksi

Berita yang masuk di Email, Whatapps dan Telegram Redaksi akan di Edit terlebih dahulu oleh Tim Editor Media Waktu.news kemudian di publish.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button