
Warga di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Sulawesi Utara harus pasra dengan jalan rusak berat satu ini. Kondisinya sudah sangat memprihatinkan.
Jalan yang rusak akibat tanah longsor ini terjadi di ruas jalan Modayag-Nuangan tepatnya di dusun II Desa Lanut. Jalan ini berstatus sebagai jalan provinsi.
Warga disekitar pun berinisiatif sendiri untuk menambal sebagian jalan. Mereka menimbunnya dengan tanah bercampur batu.
Namun, aksi kepedulian dari warga tersebut tampaknya tidak cuma-cuma. Pengendara kenderaan pun terpaksa harus merogoh uang Rp 5.000 bahkan lebih ketika ingin melewati jalan ini. Jika tidak, mereka diberi saran untuk mencari jalan lain.
“Jadi, kalau ingin lewat sini, masyarakat, kebijakan (mengerti). Artinya begini, kalau ada, kerelaan. Kalau tidak ada, tidak bisa membuat apa (pasrah). Ya kalau ingin memutar (balik arah), ya mutar. Tapi kalau dia (pengendara) berpikir, ada satu rupiah, ada sepuluh rupiah, berikanlan, kebijakanlah,” ujar salah seorang warga setempat bernama Yori, Rabu (8/5/2024).
Yori menambahkan, swadaya penimbunan jalan dan permintaan uang tersebut telah diketahui oleh pemerintah desa setempat dan pihak kepolisian.
“Jangankan pemerintah desa, dari Polres masuk di sini,” sebutnya.
Terpisah, Kepala Desa Lanut (Pj) Arther Supit saat dikonfirmasi menjelaskan bahwa uang yang diterima warga dari setiap pengendara hanyalah semacam jasa atas swadaya perbaikan akses jalan.
“Jadi kita tahu bersama jalan ruas Lanut -Nuangan itu, oleh PUPR sudah di blokade, sudah tidak bisa lagi dilewati oleh kenderaan karena jalannya rusak. Jadi, sekarang ada inisiatif dari masyarakat, karena di desa Lanut ini ada kendaraan jadi ada upaya-upaya dari masyarakat untuk memperbaiki jalan itu. Maka dari itu ada, mungkin seperti jasa begitu untuk setiap kenderaan melewati jalan itu,” ujar Arther Supit.
“Karena kalau tidak ada masyarakat, jalan itu tetap sudah tidak bisa dilalui kendaraan. Nah dengan adanya inisiatif dari masyarakat untuk membuat perbaikan-perbaikan, mungkin ada jasa,” sambungnya.
Arther juga menambahkan bahwa dirinya sempat menganggap warganya telah melakukan pungutan liar. Namun, setelah melakukan pengecekan langsung, ia menilai hal tersebut hanya semacam jasa.
“Dan kalau ada masyarakat di situ, ketika ada kendaraan yang hendak melintas kemudian ada slep begitu, itu dibantu untuk melintas. Contohnya, kemarin saya lihat di situ, saya juga berpikiran bahwa itu pungli. Tetapi ketika saya turun langsung di lapangan, ketika ada seorang wanita, ibu, mengendarai motor kemudian melewati jalan rusak itu. Kemudian ibu itu tidak bisa melintas di jalan itu, itu ada upaya dari masyarakat membantu melintaskan, jadi itu itu rasa berterima kasihlah uang lima ribu. Jadi, saya berpikir itu jasa,” tambahnya.
Diketahui, aksi inisiatif dari sejumlah warga tersebut telah berjalan sekitar satu minggu. Per hari, mereka bisa mengumpunkan uang dari para pengendara yang melintas hingga 1 juta rupiah. Uang itu akan dibagi kepada masing-maaing warga yang ikut serta dalam swadaya perbaikan jalan rusak itu. (aah)
- Bendungan Rusak, Ancam Ribuan Hektar Lahan Pertanian di Boltim
- 10 Tempat Wisata Banggai Laut yang Memanjakan Mata