
Siapa sih yang tidak mengenal tempat yang satu ini? Ya, Atoga River View atau ARV! Sebuah destinasi wisata outbound populer di Bolaang Mongondow Timur (Boltim) yang berhasil mencuri perhatian publik pada tahun 2019 silam.
Bahkan, tempat wisata alam yang dikelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Pelangi Atoga Timur ini pernah menyabet penghargaan bergengsi dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia.
Namun, siapa sangka, pesona yang dulu melekat pada tempat ini rupanya hanya tinggal kenangan. Atoga River View kini berubah drastis menjadi tempat yang terbengkalai, tak terurus, dan penuh semak belukar.
Ironisnya, meski kondisinya sudah sangat memprihatinkan, namun Pemerintah Desa Atoga Timur disebut-sebut masih terus mengucurkan anggaran untuk pemeliharaan objek wisata ini dalam beberapa tahun terakhir. Warga pun mulai angkat bicara.
Hal itu sebagaimana diungkapkan oleh satu warga yang tidak ingin disebutkan namanya. Dia bahkan mempertanyakan ke mana larinya penggunaan anggaran yang digelontorkan selama ini.
“Setahu kami tiap tahun ada anggaran disisipkan untuk pemeliharaan. Wisata itu kan aset desa, jadi ada anggaran pemeliharaannya. Tapi, sekarang sudah menjadi hutan. Cuma pernah mereka melakukan pembersihan, tapi itu dua tahun lalu,” ungkapnya kepada wartawan, Jumat (24/1/2025) siang.
Hal senada juga diutarakan oleh warga lainnya. Ia bahkan meragukan adanya tindakan nyata dalam pemeliharaan tempat wisata tersebut.
“Tapi coba pergi lihat langsung kalau ada pemeliharaannya itu. Kalau bukan malah sudah hutan lebat itu,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Desa Atoga Timur, Djohar Redjeb, saat dikonfirmasi tak membantah adanya alokasi dana untuk pemeliharaan Atoga River View. Namun, ketika diminta menjelaskan detail anggaran tersebut, ia mengelak menyebutkan angka pastinya.
“Pemeliharaan ada. Kalau besarannya, tunggu, saya, pak tahu tugas saya di sana (Sekretariat DPRD Boltim) juga, makanya secara utuh berbicara angka saya tidak hafal,” ujarnya tanpa memberikan kepastiaan.
Djohar juga mengaku bahwa pihaknya tidak hanya melakukan pemeliharaan saja, tetapi juga melakukan rehabilitasi sarana dan prasarana di tempat wisata tersebut.
“Kami berangkat dari 2023 awal saya menjabat. Nah saat itu ada program pogdarwis, kelompok sadar wisata dari pemerintah kabupaten. Nah Atoga Timur masuk dalam SK Bupati terkait desa wisata,” tambahnya.
Lebih lanjut, Djohar mengatakan bahwa dasar SK tersebut menjadi pijakan bagi Pemdes untuk mengembangkan wisata di wilayahnya.
“Nah dari dasar itulah, juga Permendes 7 waktu itu 2023, salah satu program itu terkait pemberdayaan BUMDes. Nah dasar itulah yang jadi cantolan kita untuk melakukan pemberdayaan di segi wisata, mulai dari pemeliharaan, rehab,” tambahnya..
Tak cuma itu, Djohar juga menyebutkan bahwa salah satu langkah pertama yang dilakukan adalah perbaikan jembatan yang menghubungkan antar wahana wisata.
“Secara bertahap kami mulai running itu di yang vital dulu, jembatan dua ini, itu sudah selesai. Jembatan di wisata, di belakang. Itu buat penyambungan dari wahana ke wahana. Kan ada kolam tooh. Itu tahun 2023 awal menjabat,” sebut Djohar.
Selain itu, Djohar mengungkapkan bahwa untuk memastikan kelangsungan pembangunan, pada tahun 2024, pihak desa melanjutkan rehabilitasi dengan memfokuskan pada gedung pertemuan di kawasan wisata.
“Nah supaya ini berkesinambungan, kami di 2024 kami lanjut rehab untuk gedung pertemuan di situ,” kata Djohar.
Djohar menjelaskan bahwa upaya rehab tersebut dilakukan karena ketika staf khusus bupati melakukan survei, ada kekhawatiran bahwa jika pembangunan tidak dirawat, maka pemerintah kabupaten akan mengambil alih aset desa itu.
“Karena saat itu staf khusus bupati, mem Len datang melakukan survei di sini, yang mana kalau secara potensial sudah ada pembangunan terus tidak di rawat, maka pemerintah kabupaten akan mengambil alih barang ini. Jadi saya bilang jangan mem, kami masih bisa lewat desa, akan berusaha, jangan ditarik aset ini. Makanya kami rehab gedung pertemuan itu dengan harapan ada pelaksanaan kegiatan-kegiatan dari pemerintah kabupaten kiranya dilaksanakan di situ,” jelasnya.
Tak cuma itu, Djohar mengatakan bahwa mengenai kondisi tempat wisata yang terlihat seperti hutan, pihaknya pun menganggarkan pemeliharaan untuk pembersihan di area tempat wisata.
“Nah otomatis kami sambil menunggu pelaksanaan (bangunan) tersebut, di belakang itu pak sudah berupa hutan itu dulu, makanya kami tata anggaran pemeliharaan dalam kurun waktu beberapa minggu, beberapa bulan, kami adakan pembersihan, makanya di tatalah anggaran pemeliharaan tadi itu,” kata Djohar.
Djohar juga mengatakan, terkait alasan pihaknya melakukan rehabilitasi jembatan. Menurutnya, lantaran jembatan yang sudah ada sejak masa pemerintahan kepala desa sebelumnya itu, kondisinya rusak.
“Dia jembatan biasa, bukan jembatan gantung, sembilan meter. Kalau pak sudah pernah ke sana, itukan bertebing, tebing itu ditengah-tengahnya kolam, makanya di itu. Jembatan itu sebenarnya sudah ada. Dari zaman Sangadi Kano itu sudah ada, cuma lantaran kondisinya sudah rusak, kami rehab,” katanya.
Sebagai informasi, berdasarkan pantauan langsung wartawan di lapangan, kondisi di lokasi ARV justru dipenuhi semak belukar tanpa ada tanda-tanda pemeliharaan. Bekas pesona ARV yang pernah mengharumkan nama Boltim kini hanya meninggalkan jejak suram bak hutan lebat. (aah)
- Pj Kades Atoga Timur Djohar Redjeb Satu Bulan Tak Masuk Kantor, Loh! Benarkah?
- Foto Street View Hadir di Google Maps, Bisa Dengan Handphone
- ASN Boltim Djohar Redjeb Terus Dikritik: Keluar Daerah Berminggu-minggu Demi Cuan?