Aroma Pisang Beraksi! Jalan Menuju Desa Boroko Timur Mengadu Nasib
Waktu.news | Di sebuah sudut kota yang bernama Jalan Manara Dusun 1, tersembunyi sebuah protes yang tidak biasa. Masyarakat yang teguh dari Desa Boroko Timur memutuskan untuk menggali tanah dan menanam pohon pisang di tengah jalan yang rusak parah. Bukan, mereka bukan petani pisang tiba-tiba beralih profesi menjadi tukang aspal, tetapi ini adalah tindakan putus asa dan kreatifitas yang menghasilkan protes beraroma pisang!
Rupanya, jalan ini bukanlah sembarang jalan. Ia adalah nadi utama yang menghubungkan kota, tempat di mana berbagai jenis kendaraan berseliweran seperti ikan-ikan di laut yang tak pernah lelah. “Kami bukan penjual pisang, tetapi kami menanamnya sebagai bentuk protes. Jalan ini semakin parah kondisinya, dan sudah beberapa kali kami mengingatkan pihak berwenang,” ujar Ahmad Alamri, seorang warga Boroko Timur, Kamis (24/08/2023), menjadi saksi bisu aroma pisang yang melayang di udara.
Disadur dari profakta, Bukan hanya masalah estetika jalan yang tergerus waktu, tetapi juga nyawa manusia yang harus berjatuhan. Dalam bayangan masyarakat, jalan ini adalah medan berbahaya, tempat di mana infeksi pernafasan dan kecelakaan lalu lintas bersembunyi seperti siluman dalam bayangan malam. “Dua orang sudah menjadi korban. Satu terperangkap dalam serangan infeksi pernafasan, dan yang lain terjatuh dalam kecelakaan bentor,” beber Alamri dengan nada kesal.
Sudah beberapa kali, mereka menyuarakan keluh kesah mereka kepada pemerintah setempat. Tapi, sepertinya suara mereka lenyap begitu saja di tengah hiruk pikuk birokrasi. “Kami tak hanya bersuara di depan tembok kosong. Sudah kami sampaikan lewat perwakilan kami di DPRD, tapi sepertinya omelan kami seperti angin lalu,” keluhnya dengan ekspresi getir.
Sekarang, pisang-pisang itu tumbuh di tengah jalan, menjadi penanda harapan dan keprihatinan. Aroma pisang yang semerbak, semoga bisa mengiris hati pemerintah setempat agar mengubah arah pandangnya. Jika tidak, mungkin suatu hari nanti, jalan ini akan dikenang sebagai “Jalan Pisang” yang menjadi simbol perlawanan warga terhadap keserampangan infrastruktur. (red)