Sukseskan Pilkada Serentak, Rabu 27 November 2024

bLOG Waktu
Advertisement
Boltim

DPRD Sebut Rancangan Awal RPJMD Boltim, Tak Masuk Akal

Advertisement

Tutuyan | Panitia Khusus pembahas rancangan awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah tahun 2021-2026 menyebut, data yang disajikan Pemerintah Daerah Bolaang Mongondow Timur, tidak masuk akal.

Hal ini disampaikan langsung Panitia Khusus Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Bolaang Mongondow Timur, pada rapat paripurna penandatanganan nota kesepakatan antara Pemerintah Kabupaten (Pemda) dan DPRD tentang rancangan awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2021-2026.

Advertisement

Disebutkan Samsudin Dama, terdapat beberapa data yang ditampilkan dalam isi dokumen rancangan awal RPJMD, tidak masuk akal jika dibandingkan dengan keadaan dilapangan. Misalnya, pada gambaran umum kondisi daerah di bidang perikanan, dari 1.500 ton potensi sumber daya kelautan dan perikanan di danau Moat, produksinya mencapai 61 ton pertahun.

Contoh lain kata dia, sungai yang ada di Boltim, dengan potensi 200 ton, produksinya mencapai angka 31 ton pertahun.

Advertisement

“Apa benar hasilnya seperti ini, ada ikan apa saja yang di tangkap disitu,” sebut Samsudin Dama, Selasa (4/5/21), tiga hari lalu.

Pada bidang pertanian, lanjut Samsudin Dama, khususnya realisasi pada komoditas kentang, bawang merah dan jagung kriting tahun 2020, terdapat luas lahan pada saat panen lebih besar dari luas lahan ketika tanam.

Selain itu, dalam pokok perencanaan di bidang pendidikan, kesehatan dan pariwisata, penyandingan antara keterkaitan dan keselarasan misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Boltim, dengan visi misi Bupati dan Wakil Bupati terpilih yang akan dijadikan RPJMD tahun 2021-2026 sebagai pedoman pelaksanaan selama lima tahun kedepan, terdapat perbedaan pada misi kedua Bupati terpilih yakni akan meningkatkan budaya dan pariwisata dengan kearifan lokal.

Jika diselaraskan dengan misi satu RPJPD 25 tahun, yaitu mewujudkan pembangunan sumber daya manusia yang berbudaya dan berkualitas, kemudian dilihat lagi dari penjabaran misi kedua dari Bupati terpilih pada tabel lima dan empat halaman 222 tersebut, kata Sadam, merupakan pembangunanan situs-situs budaya dan destinasi pariwisata, bukan sumberdaya manusia.

Advertisement

“Jadi, tidak selaras ya, antara misi kedua dengan misi satu rpjpd,” urai Sadam.

Berita Terkait: DPRD dan Pemda Boltim, Taken Nota Kesepahaman RPJMD tahun 2021-2026

Terkait kritikan Pansus DPRD yang menyebut beberapa data pada rancangan awal RPJMD tidak jelas, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Boltim Erna Mokodongan membantah pernyataan itu. Dirinya mengatakan bahkan, tidak ada kasalahan data sebagaimana disebutkan Samsudin Dama.

“Begini ya, potensi 1.500 ton, yang di tangkap 67 ton. Ton, bukan ribu, jadi tidak ada yang salah, jangan katakan salah. Baru, sungai 200 ton, yang ditangkap 31 ton,” singkat Erna.

Sama halnya dengan Kepala Dinas Pertanian melalui Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura, Fenty Djangkarang, saat di konfirmasi media ini, pun membantah pernyataan Pansus DPRD. Dirinya memandang perlu adanya penjelasan, sebab, jika dibaca oleh orang awam tetap akan menimbulkan pertanyaan.

Dijelaskannya, Luas tanam adalah luas lahan tempat komoditi akan ditanam, sedangkan luas panen merupakan luas lahan yang ditempati komoditi yang siap dipanen. Pada musim tanam rendengan yang ditanam di bulan Oktober, November dan Desember, kata Fenty, dipanen di tahun berikutnya yaitu bulan Januari, Februari dan Maret. Sehingga luas panen, secara otomatis akan lebih tinggi.

Baca juga: DPRD Boltim Gelar Paripurna Peyampaian Rancangan Awal RPJMD 2021-2026, Ini Kata Bupati Sachrul Mamonto

Advertisement

“Kenapa luas panen lebih tinggi dari luas tanam, karena panen sudah dihitung di tahun berikutnya, makanya, selalu luas panen
lebih tinggi dari luas tanam, itulah kondisi dilapangan,” jelas Fenty Djangkarang.

Lebih lanjut diterangkan Fenty, ada komoditi tanaman yang sekali panen seperti padi, dan ada pula tanaman yang berkali-kali panen seperti komoditi cabai dan tomat. Jika panennya berkali-kali, maka luasanya pada saat panen akan dihitung berlipat sesuai luas lahan pada saat musim tanam.

“Misalnya, luas lahan tanam cabai 1 meter. Pada panen pertama 1 meter, panen ke dua tetap 1 meter dan panen ke tiga 1 meter. Jadi, sudah berapa, sudah 3 kan. Akhirnya, rekapan setiap triwulan itu yang di total, jadi memang kelihatan luas panen lebih tinggi dari luas tanam,” terang Fenty, dengan gamblang. (aah)

Advertisement

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button