Sukseskan Pilkada Serentak, Rabu 27 November 2024

bLOG Waktu
Advertisement
Sports

Inilah 5 Film Tinju Terbaik Sepanjang Masa, Dokumenter Muhammad Ali Tempati Urutan Ketiga

The Raging Bull Tempati Urutan Pertama

Advertisement

Waktu.news | Tinju berhasil memimpin acara televisi sebagai acara olahraga bayar per tayang. Tak heran, olahraga ini juga mendorong industri perfilman untuk mengangkat kisah-kisah dari petinju terbaik dunia.

Inilah 5 Film Tinju Terbaik Sepanjang Masa yang akan membuktikan bahwa tinju sangat diminati, film Muhammad Ali tempati urutan 3 terbaik

  1. The Raging Bull: My Story (1980), IMDB 8.2

Film yang termasuk kategori biografi ini, mengisahkan seorang juara petinju kelas menengah sekaligus seorang komedian, yang mengalami masa-masa sulit dalam hidupnya.

Advertisement

Disutradarai oleh Scorsese, ia menunjukkan sosok dari Jake La Motta yang memiliki ego, kekerasan, hingga pemarah kepada setiap orang, termasuk istrinya sendiri. Yang pada akhirnya, kesengsaraan, kesepian hingga harapan pembebasan masuk dalam kehidupan La Motta.

Sifatnya yang merusak diri itu pun, ternyata membangkitkan aura buasnya di atas ring untuk menjatuhkan lawan. Walaupun tidak memiliki pukulan yang mematikan, ia berhasil membuat musuh bebuyutannya (Sugar Ray Robinson) kewalahan dengan keuletannya menekan dalam jarak dekat.

Advertisement

Film ini meraih dua penghargaan Oscar, yakni Best Actor in a Leading Role dan Best Film Editing. Bagaimana tidak? Kecerdasan Scorsese yang mengambil  gambar dalam monokrom dan menggunakan string orksetra pada soundtracknya, menaruh nilai seni yang tinggi dengan memvisualisasikan tokoh dalam membangkitkan usia, sekaligus binatang dan kecantikan yang melekat dalam dunia tinju.

Jadi tidak heran, jika IMDB memberi rating 8.2 untuk film biografi ini.

  1. Rocky (1976), IMDB 8.1

Walaupun ini merupakan film fiksi, Rocky berhasil mendapatkan 225 juta dolar Amerika dari Box Office dan dinobatkan sebagai film terlaris pada tahun 1976. Pendapatan itu pun berkali-kali lipat dari biaya produksinya yang hanya 1 juta dolar Amerika. Bahkan, film ini telah dilestarikan oleh Perpustakaan Kongres AS, di National Film Registry, karena dianggap memiliki budaya, historis, dan nilai estetika yang signifikan.

Kisah Rocky ini diperankan oleh Slyvester Stallone yang terinspirasi dari 2 karakter petinju, yaitu Chuck Wepner yang berhasil membuat Muhammad Ali menjalani 15 ronde untuk bertarung dengannya, dan Rocky Marciano sebagai petinju kelas dunia dengan gaya bertarungnya.

Advertisement

Itu pun terlihat ketika Rocky yang dianggap akan menjadi bahan tertawaan di ring, ketika dipilih oleh Apollo Creed sebagai lawan tinjunya, justru berhasil membuat Apollo KO di ronde pertama, walaupun pada akhirnya dimenangkan oleh Apollo dengan split decision, setelah menjalani 15 ronde di atas ring.

Kepopuleran dari film Rocky ini pun membuatnya bertahan hingga 5 sekuel dan 1 spin-off.

  1. When We Were Kings (1996), IMDB 8.0

Kisah dari Muhammad Ali dengan gaya tinjunya yang begitu diminati setiap orang, menarik Leon Gast seorang sutradara asal Amerika untuk menjadikan perjalanan petinju darah Afrika itu menjadi sebuah film dokumenter.

Film yang menghabiskan waktu hampir selama 26 tahun, menceritakan pertarungan antara Muhammad Ali dan sang juara George Foreman yang sulit dikalahkan saat itu di kelas berat. Namun, pertarungan yang disebut sebagai Rumble in the Jungle, mengukuhkan kemenangan seorang Ali di Kinshasa, Zaire pada tahun 1974.

Dengan kisah yang menakjubkan, When We Were Kings berhasil mendapatkan penghargaan piala Oscar pada tahun 1996, sebagai film dokumenter terbaik. Menariknya ketika penghargaan diberikan, Leon Gast mengajak Foreman dan Ali untuk naik ke panggung, pada momen itu terlihat Foreman membantu Ali untuk menaiki tangga karena sakit sekaligus membuktikan bahwa mereka berdua telah berdamai sejak lama.

  1. Creed (2015), IMDB 7.6

Film ini merupakan keberlanjutan dari film Rocky, walaupun ia tidak termasuk di dalamnya. Creed mengisahkan putra dari Apollo Creed yang merupakan rival dari Rocky Baloba, yang ingin mengikuti karir ayahnya di dunia tinju. Mengingat Apollo Creed meninggal pada film Rokcy IV tahun 1985 di pertandingan tinju.

Adonis “Donnie” Johnson yang dikenal dengan Adonis Creed berupaya menjadi pejuang sejati di dunia tinju, walaupun didiagnosis memiliki riwayat penyakit  kanker, teman dan saudaranya pun mengatakan ia akan meninggal.

Advertisement

Rocky yang berperan sebagai mentor dari Adonis Creed pun berjuang untuk mencarikannya pengobatan, hingga pada akhirnya Adonis berhasil memainkan pertarungan menghadapi Conlan. Walaupun tidak mampu memenangkannya, Adonis berhasil menaklukkan hati penonton, termasuk Conlan sebagai lawan tarungnya.

Michael B Jordan yang memainkan peran Adonis Creed pun berhasil meningkatkan popularitasnya seiring naik daunnya dalam dunia perfilman. Kemudian Slyvester Stallone (Rocky) yang hanya menjadi tokoh pendukung, berhasil menyabet nominasi Oscar kembali.

  1. Tyson (2008), IMDB 7.5

Film ini menceritakan Mike Tyson atau kerap kali disebut Si Kepala Beton dalam menjalani kehidupannya yang penuh kontroversial. Tyson memiliki masa kanak-kanak yang sulit dan hubungannya dengan keluarga retak, sehingga kejahatan hadir memasukinya dan mengantarkannya ke sekolah Tryon School for Boys.

Dalam menjalani kehidupannya, ia didampingi oleh pelatih profesional pertamanya Cus D’Amato sekaligus menjadi sosok ayah. Ketika ia berusia 19 tahun, Amato dikabarkan meninggal, yang menyebabkan ketakutan ada dalam diri Mike Tyson saat itu, terlihat melalui ungkapan dirinya yang menahan air mata, karena kehilangan sosok krusial dalam perjalanannya.

Pada umur 20 tahun, Tyson berhasil menyabet gelar WBC, WBA, dan IBF sebagai pencapaian terbesarnya saat itu. Tetapi gelar tersebut tidak sepenuhnya membuat kehidupannya berhasil, malah itu dianggapnya sebagai sebuah kutukan. Karena Tyson mulai merasakan ketidakstabilan mental, nafsu tinggi terhadap wanita, hingga ketakutan yang selalu ia rasakan.

Hal itu pun mengungkapkan kontroversialnya dalam menjalani kehidupan kepada publik. Walaupun pada akhirnya, ia mampu berjuang menghadapi ketakukannya untuk mendapatkan rasa hormat dan memperbaharui kehidupan dan keluarganya.

Tentu saja, film ini tidak sepenuhnya bisa dipercaya kebenarannya. Tetapi, dapat menjelaskan bahwa perjalanan Tyson yang kompleksitas mencakup satu jiwa dari sebuah amukan dan penderitaan.

Advertisement

Redaksi

Berita yang masuk di Email, Whatapps dan Telegram Redaksi akan di Edit terlebih dahulu oleh Tim Editor Media Waktu.news kemudian di publish.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button